PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Ipatang (60), warga Kelurahan Lompoe, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, hidup dalam kemiskinan. Ipatang yang lahir sebagai penyandang Tuna Netra kini hidup sendiri di gubuk berukuran 4×6 meter.
Dalam kesehariannya, Ipatang hanya mengandalkan beras pembagian pemerintah yakni beras sejahtera (Rastra). Ipatang mengaku, Rastra seharusnya ia peroleh 25 kilogram perbulan, namun kini hanya 10 kilogram per bulan. Soalnya, harus berbagi kepada warga lainnya yang tidak terdata sebagai penerima manfaat Rastra.
“Saya hanya hidup sendiri. Untuk makan, saya hanya mengandalkan Rastra 10 kilogram perbulan. Dulunya saya mendapatkan 25 kilogram, namun karena saya harus berbagi dengan tetangga yang senasib, saya harus rela,” kata Ipatang, di rumahnya di Kelurahan Lompoe, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, Sabtu (24/02).
Selain program manfaat Rastra jadi dambaan Ipatang, program bedah rumah juga masih terus membayangi harapan Ipatang. Janji aparat Pemerintah Kota Parepare tak kunjung terealisasi.
“Tiap tahun, pemerintah datang mendata agar rumah saya diperbaiki. Namun hingga kini tak kunjung tiba,“ keluh Ipatang lirih, sambil menggenggam erat tongkatnya.
Setiap harinya, Ipatang menyusuri lorong rumahnya yang belum tersentuh program peduli lorong. Walau menyandang tuna netra, dengan tongkat kayu hitam, lorong tanah yang bergelombang itu tak membuatnya kesulitan bahkan tak terjatuh saat melintasi lorong ke luar rumah dan kembali ke rumahnya.
Pejabat sementara (Pjs) Wali Kota Parepare, Lutfie Natsir ditemui di Masjid Raya Kota Parepare, Sulawesi Selatan, usai melaksanakan Ibadah Shalat mengaku persoalan kemiskinan akan ia tangani walau menjabat 4 bulan di Kota Parepare.
“Apapun terkait pelayanan untuk rakyat, saya akan lakukan. Untuk menanggulangi kemiskinan selama saya menjabat saya akan lakukan. Namun kami akan mendata dulu. Untuk Ipatang, kami akan segera berikan bantuan dan akan melakukan pendataan,” janji Lutfie Natsir. (sam/alf)