PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2024, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX yang mencangkup Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara menggelar Seminar Kebudayaan yang Berlangsung di Balai Ainun Habibie, Kota Parepare, pada Senin (27/4/2024).
Acara yang mengusung tema “Dengan Maddoja Bine Membangun Penguatan Tradisi Budaya dan Ketahanan Pangan” ini, mendapatkan pesan apresiasi dari Penjabat Wali Kota Parepare, Akbar Ali, yang diwakili oleh Makmur, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Parepare.
“Tema ini sangat penting dalam mengulas pelestarian seni budaya di kalangan masyarakat kita,” ujar Makmur. Hal tersebut selaras dengan Kota Parepare yang kaya akan seni dan budaya yang harus terus dilestarikan, dengan meningkatkan kolaborasi antara pihak Pemkot dan masyarakat itu sendiri.
Makmur juga menyebut bahwa menjaga, memberdayakan, membina, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya merupakan kewajiban bersama.
Dengan demikian seluruh pihak dapat ikut berperan dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri, berperadaban, berakhlak mulia, serta mempertinggi pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai luhur dan seni budaya.
Kota Parepare ini akan terus berkembang menjadi kota maju. Namun demikian, nilai-nilai agama dan budaya lokal harus senantiasa kita pertahankan sebagai salah satu entitas budaya kita, katanya.
PJ Wali Kota Parepare, Akbar Ali, yang diwakili oleh Makmur berpesan agar budaya-budaya lokal harus terus dipelihara, sehingga tidak tergerus oleh budaya luar. Pemkot Parepare berharap dengan adanya pelestarian budaya seperti Maddoja Bine, Tudang Laong Ruma, Madduppa Ase dikalangan masyarakat Bugis, akan menjadi salah satu pendukung terwujudnya Kota Parepare sebagai Kota tujuan investasi melalui pengembangan wisata budaya.
Demikianlah dukungan tinggi dari Pemkot Parepare sekaligus mendorong nilai-nilai budaya lokal yang tumbuh di masyarakat Kota Parepare agar terus terpelihara.
Sebagai salah satu tradisi yang kerap dilakukan oleh petani Bugis, Maddoja Bine merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada Sangiang Serri, yang dipercaya sebagai Dewi Padi oleh Masyarakat Bugis. Maddoja Bine juga merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa sekaligus menjadi ungkapan penghargaan dari petani Bugis untuk lingkungan alam.(Resky)