MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Menebar kebaikan lewat usaha adalah jalan yang ditempuh Mariatul Qiftih sejak tahun 2015 lalu. Bukan memberi, namun itu diwujudkan lewati produk kue kering dan cemilan khas Sulsel.
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) itu diberikan nama Mariqi Cake and Snack yang memproduksi berbagai jenis kue dan cemilan menarik.
Uniknya usaha tersebut menebar kebaikan melalui desain, bentuk dan kue ataupun cemilan yang produksi. Hal itu juga selaras dengan filosofi brand yang dibuat oleh Qiftih saat merintis usahanya itu.
Kata Mariqi merupakan singkatan yang diambil dari nama pemilik usaha yakni Mariatul Qiftih. Sementara secara filosofi Mariqi juga diambil dari bahasa lokal daerah Bugis Makassar yakni “Mariki” berarti sebuah ajakan.
Qiftih menceritakan bahwa filosofi tersebut berangkat dari rasa simpatik untuk saling memberikan manfaat dengan menebar kebaikan serta menyebarkan virus kebaikan.
“Jadi sebenarnya itu mariki diambil dari singkatan nama saya Mariatul Qisti disingkat Mariqi tapi filosofinya itu mengangkat bahasa lokal. Mariki dari bahasa lokal Makassar yang berarti sebuah ajakan. Jadi ajakan untuk menyebarkan kebahagiaan menebar virus kebaikan dan terus itu mengajak sukses bersama. Pokoknya segala sesuatunya bisa bermanfaat dan berdampak bagi banyak orang,” ungkap Qiftih kepada Pijarnews.com.
Bentuk dari upaya menebar kebaikan itu terlihat dari bentu dan nama beberapa produk yang dibuatnya.
Salah satu produk yang mewakili filosofi itu yaitu produk utama dan pertamanya yakni onde-onde ketawa. Diberikan nama onde-onde ketawa karena bentuk dari kue itu mekar dan seperti orang ketawa.
Hal itu dikarenakan kue khas Sulsel itu dibaluri wijen dan diisi oleh cokelat di dalamnya sehingga bentuknya bisa mekar dan ketawa
“Jadi itu Produk pertama, dikatakan onde-onde ketawa karena bentuknya memang onde-onde yang dibaluri dengan minjen dan ada coklat didalamnya dan mekar seperti ketawa, jadi kelihatan Ki,” terangnya.
Pembuatan onde-onde ketawa terinsipirasi dari nenek Qiftih yang sering membuat onde-onde yang diberi nama onde-onde ketawa. Sejak saat itu ia tertarik dan mulai merintis usaha dengan membuat onde-onde ketawa. Alhasil banyak yang berminat dan tertarik.
Selain itu produk andalan lainnya juga yakni choco cawa yang berarti coklat kacang ketawa. Kata “Cawa” diambil dari bahasa bugis yang berarti ketawa.
“Itulah makanya, semua itu tag line-nya itu menebar kebahagiaan,” imbuhnya.
Brand UMKM lokal asal Kabupaten Bone itu juga memproduksi beberapa jenis bakery (roti), cookies, hampers dan minuman.
Untuk Choco Cawa sendiri ada tujuh varian rasa yang merupakan pengembangan usaha Qiftih diantaranya, coklat dark, coklat original, coklat kopi, coklat jahe, coklat mint, coklat green tea, coklat keju dan coklat pedas.
Ketujuh Varian rasa tersebut sambung Qiftih dijamin baik untuk kesehatan seperti halnya coklat dark yang baik untuk kesehatan jantung, peredaran darah dan membantu untuk awet muda.
Karena memiliki keunikan dari segi variasi rasa, bentuk dan nama sehingga banyak orang berminat menjadi reseller. Berdasarkan keterangan Qiftih saat ini ia telah memiliki puluhan reseller yang tersebar di Sulsel bahkan di beberapa wilayah Indonesia.
Seperti di Papua, Timika, Kalimantan, beberapa di Pulau Jawa serta ada juga di Palembang. Meski tidak spesifik identifikasi reseller yang tersebar, namun hasil identifikasi Qiftih sebanyak 20 orang dan kemungkinan masih ada yang belum teridentifikasi.
Adapun strategi penjualan yang dilakukan juga mendistribusikan produknya ke beberapa cafe, pusat oleh-oleh dan hampir semua hotel di Makassar.
Tidak hanya itu ia proses pemasaran juga dilakukan dengan metode digital di beberapa paltform media sosial seperti Instagram, Facebook, Tiktok, WhatsApp, Google Bisnis serta market place lokal dan daerah.
Adapun kapasitas produksi per hari itu sebanyak 250 pcs dari semua varian rasa dengan memberdayakan empat orang pekerja saja.
Walau enggan memberi tahu omset secara rinci dari usahanya itu, namun saat ditanya taksiran omset yang diperoleh, ia mengaku bisa mendapatkan omset sampai puluhan juta rupiah perbulannya.
“Iya adalah sekitar itu (puluhan juta),” ujarnya.
Adapun harga satuan dari produk tersebut bervariatif sesuai dengan kemasan dan skema pasarannya. Jika sekema pasarnya untuk anak-anak atau cafe dihargai Rp15 ribuan per pcs, kalau itu dijual ke toko oleh-oleh dan hotel Rp20 ribuan, tapi kalau untuk dibawa sebagai hampers dan paket lebaran itu harganya Rp80 ribu. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin