PAREPARE, PIJARNEWS.COM–Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite ditanggapi beragam oleh pengguna kendaraan, di Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Seperti, Herman (35) pengendara motor saat diwawancarai Pijarnews.com, Ahad (4/9/2022) usai mengisi BBM di SPBU Soreang, Kecamatan Soreang, mengaku tak mempersoalkan kenaikan, hanya saja dia meminta pemerintah memikirkan bagaimana pendapatan masyarakat juga ikut naik.
“Kalau masalah kenaikan itu tidak terlalu apa-apa ji, seharusnya yang dipikir itu bagaimana pendapatan juga dinaikkan supaya seimbang,” ujar Herman yang merupakan karyawan di salah satu PT yang bekerja sama dengan PLN Persero.
“Masing-masing saja, kalau merasa tidak terbebani pasti sepakat, kalau yang terbebani tentu tidak sepakat,” kata Herman.
Berbeda dengan Kiki (29), menurutnya kenaikan harga BBM dapat membuat tekanan di masyarakat. “Sudah naik, ini menyebabkan ada tekanan di masyarakat,” ucapnya.
“Ke depannya sih kita berharap bisa normal kembali,” harap Kiki.
Lain halnya dengan Muhammad Resky (21) yang mengaku akan merasakan dampak langsung dari kenaikan harga BBM, bahkan ia kaget dengan pengumuman kenaikan harga itu. Resky saat ini berprofesi sebagai pengantar galon.
“Sudah naik, biasanya saya dapatkan dengan harga sekira 7500 lebih perliternya (pertalite) sekarang naik menjadi 10. 000 perliter,” kata Resky.
“Terlepas dari alasan pemerintah, saya tidak setuju dengan kenaikan harga BBM ini. Sebagai pengantar galon motor pastinya sangat merasakan dampak dari kenaikan BBM ini. Terlebih lagi kenaikannya sangat tinggi,” keluh Resky.
Menurutnya dengan kenaikan harga itu yang sebelumnya isi full tangki motor hanya mengeluarkan 25.000.30.000 ribu, setelah kenaikan, ia harus merogoh koceknya sebanyak Rp 40.000 full tangki. Apalagi pengisian full tangki itu kata dia dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam seminggu.
“Kenaikan harga BBM juga dampaknya pada mobil yang biasa digunakan pengantar galon, dan pasti berdampak ke semua masyarakat dan harga sembako akan naik,” tutup Resky.
Reporter : Wahyu