MAKASSAR, PIJARNEWS.COM – Hari ini, Selasa (21/3/2023), Humas IAIN Parepare, Suherman Syach akan menjalani sidang terbuka ujian promosi doktor pada program studi Ilmu Manajemen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar di Aula Kampus Pascasarjana UMI, Jalan Urip Sumoharjo, No. 225 Makassar.
Saat dikonfirmasi, Suherman mengungkapkan, dirinya meneliti dengan judul disertasi “Pengaruh Literasi Zakat, Kampanye Pemasaran Sosial dan Kepercayaan Terhadap Minat dan Keputusan Muzakki pada Baznas di Wilayah Ajatappareng.”
Ia menjelaskan, penelitiannya itu didasari atas adanya kesenjangan (gap) yang cukup jauh antara potensi zakat dengan realisasi zakat di Indonesia.
“Potensi zakat kita mencapai Rp327,6 triliun. Sementara realiasi zakat baru kisaran angka Rp17,558 triliun,” ulasnya.
Sehingga, kata dia, fenomena ini menarik dikaji. “Mengapa realisasi zakat masih rendah?, sementara kita tahu bahwa zakat itu termasuk rukun Islam yang hukumnya wajib,” jelasnya.
Suherman mengatakan, Baznas sebagai organisasi pengelola zakat kelihatannya belum optimal dalam pengumpulan zakat. “Mengapa demikian?,” tanya dia.
Ia kemudian menjawab, dalam ilmu manajemen fenomena ini dapat dikaji dan diukur dengan melihat perilaku umat Islam, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan keputusan seseorang dalam membayar zakat khususnya melalui Baznas.
“Ada 3 variabel yang menjadi concern dalam mengukur masalah tersebut yaitu, literasi zakat, kampanye pemasaran dan kepercayaan. Hasil penelitian menunjukkan ke-3 variabel tersebut berpengaruh terhadap minat. Tapi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan umat Islam membayar zakat pada Baznas di wilayah Ajatappareng,” urai Suherman.
Penyebabnya, lanjut dia, pertama, Baznas dinilainya belum melaksanakan literasi zakat secara program, terencana dan massif. Belum ditemukan referensi dan bahan bacaan tentang zakat dalam komunitas masyarakat, meski bacaan tentang Zakat banyak ditemukan di internet. Bahkan belum ada pemetaan tingkat literasi zakat di wilayah ini.
Kedua, Baznas belum melakukan kampanye atau sosialisasi zakat secara optimal. Kampanye zakat masih terbatas melalui ceramah, spanduk, baliho dan media sosial.
Ketiga, Baznas juga belum memperoleh kepercayaan optimal dari umat Islam. Selain karena banyaknya lembaga pengumpul zakat (LPZ) yang lain, pelayanan Baznas juga masih terpusat di kantor-kantor sendiri, SDM yang terbatas dan keterbukaan informasi belum maksimal.
Suherman kemudian, memberikan rekomendasi atas penelitiannya itu. Dia mengungkapkan, pertama, penting bagi Baznas untuk menggerakkan literasi zakat dengan membuat pemetaan tingkat literasi zakat. Kedua, menggalakkan kampanye zakat secara massif dengan menggunakan media konvensional maupun digital. Ketiga, Baznas perlu meningkatkan kepercayaan umat Islam dengan menghadirkan pelayanan yang lebih luas, terbuka, transparan dan penambahan SDM.
Suherman mengungkapkan, gelar doktor yang diraihnya bukan ukuran dari kedalaman pengetahuan seseorang, tetapi akan menjadi motivasi untuk senantiasa belajar dan belajar. Sehingga, gelar doktor ini bukanlah prestasi sosial yang disombongkan tetapi pemantik belajar saja.
Dijadwalkan, Suherman akan mengikuti ujian promosi doktornya pada pukul 13.30 WITA. Adapun tim promotornya diantaranya, Prof. Dr. H. Salim Basalamah, S.E., M. Si., Dr. H. Amir Mamud, S.E, M. Si dan Dr. Amir, S.E., M. Ag. (why)