PINRANG, PIJARNEWS.COM--Al Ikhlas, masjid yang berdiri pada tahun 1975 di Suka, Desa Rajang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Masjid tersebut kurang terawat, dan hampir diabaikan oleh masyarakat setempat.
Rumah ibadah tersebut sekilas mirip musala. Selain ukurannya yang terbilang kecil untuk dikatakan masjid, Al Ikhlas juga sudah menjadi bangunan yang rapuh akibat tergerus waktu dan usia. Atap, dinding, dan lantai di masjid tersebut hampir tidak layak lagi.
Atap yang terbuat dari semen yang dibekukan, menjadi salah satu ketakutan warga untuk beraktivitas di sana. Warga takut sewaktu-waktu akan runtuh. Dinding tembok dihiasi jamur, dan lantai keramik sudah banyak yang lepas, serta tempat wudu pun kurang memadai. Sekilas, terlihat tidak lebih baik dari musala.
Masjid yang berdiri atas inisiatif warga tersebut hampir setiap hari sepi. Terkadang, hanya ketika hari Jumat saja yang ramai, dan jika ada mahasiswa yang melakukan pengabdian masyarakat di sana, seperti sekarang.
Firman, muazin masjid Al Ikhlas mengatakan sekarang musim tanam warga lebih mengutamakan pekerjaan dan memiilih salat di rumah.
“Nggak setiap hari sedikit, biasa juga banyak, contoh kalau hari Jumat memang agak ramai, dua shaf. Kalau salat lima waktu mungkin belum diutamakan. Sekarang kan musim tanam, jadi warga capek jadi nggak sempat. Mereka lebih mengutamakan pekerjaan, dan mungkin salat di rumah saja,” ujar pria yang lebih akrab disapa Paci ini pada Selasa (17/11/2020).
Di masjid, lanjut Firman hampir setiap hari sendiri salat, dan sekarang ramai karena ada anak-anak yang mengaji dan belajar di sana berkat mahasiswa KPM-DR IAIN Parepare.
Kegiatan ibadah di masjid tersebut diperkirakan tahun depan akan dialihkan ke masjid baru yang masih dalam tahap pembangunan. Namun, lagi dan lagi pembangunan masjid tersebut harus terhenti karena terhambat dana yang tidak mencukupi. Dan pembangunan dihimpun dari warga. Terkadang, ada dermawan yang bermurah hati dengan meletakkan beberapa sak semen di lokasi pembangunan masjid tersebut.
Warga bukan tak berusaha untuk mengajukan proposal dana pembangunan ke pemerintah setempat. Mereka sudah pernah mengajukan proposal pada tahun 2019 lalu. Namun, tanggapan yang diperolah warga saat mengecek tindak lanjut dari proposal tersebut hanyalah kata “tunggu” yang tidak tahu kapan akan terwujud.
“Pembangunan di masjid yang baru terhenti karena dana yang kurang, sudah ajukan proposal dan sudah ada tanggapan, cuma bilang tunggu dan itu tidak tahu sampai kapan,” beber muazin masjid Al Ikhlas.
Pembangunan masjid tersebut harus dicicil sesuai dana yang ada per hari itu, dan pengerjaannya pun menunggu warga tidak sibuk di kebun.
Firman berharap agar masjid tersebut bisa semakin ramai, apalagi setelah kegiatan ibadah dialihkan ke masjid baru.
“Mudah mudahan tahun depan semakin ramai, jangan kayak di masjid situ, itu itu saja pegawai salatnya. Satu, satu, kalau dua orang, dua orang saja. Kita juga pegawai salat malas kalau ke situ cuma itu itu terus. Kalau bukan saya, ya itu kalau sampai di sana sendiri, ya sendiri saja,” tutupnya sambil tersenyum maklum. (*)
Penulis: Sunarti Mansyur
Editor: Dian Muhtadiah Hamna