INTERVIEW, PIJARNEWS.COM: Pijar: Soal Buta politik, apa yang ingin Anda sampaikan?
Kita, anak-anak muda di negeri ini, di daerah ini, harus ambil bagian. Kita tidak boleh berdiam diri. Kita harus masuk mengisi ruang-ruang politik ini agar kita bisa berkontribusi dan memberi warna. Kita harus terlibat aktif pada pengambilan kebijakan dan pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Kalau pun itu tidak menyangkut kepentingan anak muda, tapi itu akan menyangkut kehidupan orang banyak, kehidupan bangsa dan negara, karena begitulah keputusan politik.
Pijar: Bagaimana dengan anggapan bahwa politik itu kotor, tidak rasional dan gambaran-gambaran buruk lainnya soal politik?
Gamal: Saya pikir itu stigma yang sengaja dikembangkan agar anak-anak muda, orang-orang baik, orang-orang bersih, orang berpotensi dan berkapasitas tidak mau terjun ke politik. Tujuannya agar politik ini diisi orang-orang yang tidak benar sehingga bisa mengatur negara ini dengan cara-cara mereka.
Bagi saya, justru stigma buruk tentang politik itu harus dilawan dengan masuk ke dalam, menjadi bagian dari sistem dan memperbaikinya dari dalam. Sebab bila tidak, bila orang-orang baik tidak masuk ke politik, maka kontranya adalah orang-orang jahatlah yang akan mengisi politik. Hasilnya? Tentu bukan itu yang menjadi harapan kita bersama
Pijar: Lalu bagaimana dengan politik yang makin pragmatis? Pemilih dan pemilu yang makin kental dengan money politics?
Gamal: Itulah pekerjaan rumah kita bersama. Usia demokrasi kita memang masih sangat muda. Karena itu tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara maju. Apalagi faktor rentan lain yakni kesejahteraan masyarakat. Itu tentu menjadi pupuk penyubur.
Tapi dengan terus melakukan edukasi publik, pada akhirnya kita akan menemukan pola demokrasi yang lebih bersih dan sehat. Masyarakat akan semakin menyadari betapa pentingnya memilih tanpa iming-iming, tapi benar-benar memilih sesuai dengan kebutuhan dan rasional politik. (bersambung)