OPINI — Melindungi orang sekitar kita agar tidak terinfeksi dengan virus merupakan perbuatan mulia, beretika saat bersin menjadikan orang tidak terkontaminasi dengan virus. Ketika sesorang bersin berarti responsibilitas pertahanan tubuhnya masih berfungsi, meski tidak selamanya dikategorikan sebagai penyakit.
Di tengah merebaknya virus covid 19, bersin terkadang menjengkelkan orang lain, terlebih jika tidak beretika. WHO menyarankan agar jarak di perhatikan agar bebas dari penularan, kalau pun terpaksa dan tidak terhindarkan maka mesti diantisipasi dengan menggunakan masker.
Tampaknya tatanan norma (kaidah) kesopanan mengalami perubahan secara drastis, sebelumnya orang menganggap bersin dihadapan orang lain itu biasa, namun sekarang diasumsikan dengan tidak bermoral. Karenanya, banyak orang memilih untuk menahannya, (Baca; Takut Dikira Kena Virus Corona Nahan Bersin di Angkot Cewek Cantik Malah Kentut), padahal spontanitas bersin terjadi akibat mikroba, flu, atau benda asing masuk ke hidung seperti serbuk, kotoran, debu atau asap, hingga paling fatalnya, ketika penyebabnya adalah gangguan virus covid 19 yang dapat terjangkitkan ke individu lain.
Penelitian dalam Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology (BERiTABETA. COM) menyebutkan bahwa fenomena bersin merupakan peristiwa mereset rongga hidung dengan kecepatan dorong atas udara bisa mencapai jarak 27 kaki, sehingga jaga jarak dengan standar 2 meter masih rentan dengan penularan dan tidak teruji melalui research.
Penelitian lain juga menyebutkan angka 100 mil kecepatan perjam dari kekuatan dorong dari rongga tenggorokan dan batang hidung, semakin cepat udara bergerak, semakin nyaring suara bersin. Artinya bisa dibayangkan ketika seseorang bersin berapa mikroba yang terhambur dengan kekuatan dorong seperti itu.
Karena itu, Islam mengajarkan satu tatanan etika yang dianggap sederhana ketika sedang bersin agar dapat bernilai ibadah, yakni dilakukan sesuai dengan standar etika, minimal memperhatikan dua Riwayat berikut.
Rasulullah saw bersabda dalam H.R. Abu Daud disebutkan:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال كان رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إذا عَطَسَ وضَعَ يدَه ، أو ثوبَه على فيه ، وخَفَضَ ، أو غَضَّ بها صوتَه.
Artinya:
Adalah Rasulullah saw jika bersin, menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.
Rasulullah saw bersabda dalam H.R. Bukhari
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: الحَمْدُ لِلَّهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ، فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ، فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
Artinya:
Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan ‘Al-Hamdulillah’ sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan ‘Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)’, dan hendaknya ia membalas: ‘Yahdikumullah wa yushlih baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).
Fiqh al hadits dari dua riwayat di atas setidaknnya dapat menjadi acuan untuk memahami etika bersin sehingga dapat bernilai ibadah. Misalnya:
1. Menutup wajah dengan kain atau sejenisnya. Kalau pun tidak ada maka alternatifnya dengan tangan.
2. Mengecilkan suara saat bersin
3. Mengucapkan pujian kepada Allah swt (الحمد لله) bagi orang bersin, sebaliknya bagi orang yang mendengarnya mendoakan dengan يرحمك الله (semoga Allah merahmatimu)
4. Bagi yang bersin hendaknya mendoakan balik bagi yang mendoakannya dengan يهديكم الله (semoga Allah swt menunjuki kalian)
5. Usahakan pada saat bersin memalingkan muka dari orang lain. Indikatornya dalam hadis disebutkan menutup muka dengan kain.
Menariknya adalah di saat bersin terbangun interaksi sosial dalam bentuk saling mendoakan. Awalnya orang bersin membaca al hamdulillah, satu kalimat diajarkan oleh Allah swt melalui al Qur’an untuk mensyukuri kesempurnaan nikmatnya, oleh ibnu al Qayyim al Jauziyah di sebut bersyukur melalui perkataan (الشكر بالقول), yang bisa menggiring pada bersukur melalui perbuatan (الشكر بالعمل) dan senantiasa bersyukur segala keadaan (الشكر علي الحال).
Sebaliknya mendengar orang bersin membaca pujian maka dianjurkan membaca yarhamkallah (semoga Allah merahmatimu). Bukan dengan kebencian tapi dengan memohonkan kasih sayang dari Allah swt sebagai dzat yang penuh rasa kasih. Penjabaran terma ini sangat luas karena untuk mendeskripsikan rezki, ampunan Allah, kedamaian, dan ketentraman, Allah swt menggunakan kata tersebut.
Setelah itu, jawaban berupa doa kembali dibacakan oleh orang bersin dengan يهديكم الله. (semoga Allah swt menunjuki kalian). Hidayah dalam bahasa umum adalah petunjuk Allah swt diberikan kepada hambanya sehingga terbuka menerima Islam. Doa yang sangat indah dan hampir semua orang Islam menginginkanya karena secara pribadi selalu memohon kepada Allah swt. اهدنا الصراط المستقيم (tunjukilah kami jalan lurus), oleh Ibnu Katsir diinterpretasikan dengan din al Islam (agama Islam).
Dengan demikian interaksi sosial melalui saling mendoakan saat mendengar orang bersin dapat mengubah dari energi negatif dalam bentuk kecurigaan, kekhawatiran akan penularan mikroba atau virus, menjadi energi positif dengan memperhatikan etika bersin, terlebih ketika saling menghadiahkan doa. (*)