OPINI — Kemiskinan dan stunting merupakan dua masalah sosial yang saling berkaitan dan menjadi perhatian global, termasuk di negara-negara mayoritas Muslim. Dalam Islam, penanggulangan kemiskinan dan stunting tidak hanya dilihat sebagai tanggung jawab individu tetapi juga sebagai kewajiban komunal yang harus dikerjakan bersama-sama dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Artikel ini akan membahas bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk menanggulangi kemiskinan dan stunting melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Konsep Kemiskinan dalam Islam
Dalam Islam, kemiskinan didefinisikan tidak hanya dari kekurangan materi, tetapi juga kekurangan spiritual dan moral. Al-Qur’an dan Hadis banyak menyediakan panduan tentang bagaimana umat Islam harus merespons isu kemiskinan. Zakat, sedekah, dan wakaf merupakan instrumen ekonomi Islam yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan (Farooqi, 2006).
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
1. Zakat: Merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang fungsi utamanya adalah untuk membersihkan harta dan jiwa, serta sebagai alat redistribusi kekayaan untuk mengurangi kemiskinan (Khan, 2018).
2. Wakaf: Dapat digunakan untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang pada akhirnya akan membantu mengurangi kemiskinan dan stunting (Pramenković, 2023).
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pengembangan kapital manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang berakar pada nilai-nilai Islam dapat membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan (Azmi, 1970).
4. Pembangunan Ekonomi: Islam mendorong pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan. Kegiatan ekonomi harus diarahkan untuk kesejahteraan umum dan tidak merugikan pihak lain (Abdullah, 2012).
Penanggulangan Stunting
Stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak-anak disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang baik selama periode kritis pertumbuhan. Dalam Islam, kesehatan dianggap sebagai salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT dan harus dijaga dengan baik.
1. Pemenuhan Gizi: Asupan gizi yang baik sangat ditekankan dalam Islam. Pendidikan gizi dapat disebarkan melalui lembaga-lembaga keagamaan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya nutrisi bagi ibu hamil dan anak-anak (Farooqi, 2006).
2. Peran Ibu: Islam menekankan pentingnya peran ibu dalam pemeliharaan dan pengasuhan anak. Edukasi tentang ASI eksklusif dan pemenuhan nutrisi anak dapat menjadi bagian dari pengajaran di lembaga-lembaga Islam.
3. Pendampingan Sosial: Masyarakat dan lembaga keagamaan dapat berperan aktif dalam pendampingan sosial bagi keluarga yang rentan terhadap stunting. Ini dapat meliputi program-program edukasi kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan pemantauan pertumbuhan anak.
Kesimpulan
Penanggulangan kemiskinan dan stunting dalam perspektif Islam tidak terlepas dari aplikasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Zakat, wakaf, dan sedekah merupakan instrumen yang efektif dalam redistribusi kekayaan dan pemenuhan hak-hak dasar setiap individu. Pendidikan dan pembangunan ekonomi yang inklusif juga sangat diperlukan untuk mengatasi akar permasalahan kemiskinan dan stunting. Melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, Islam mengajarkan bahwa penanggulangan kemiskinan dan stunting adalah bagian dari kewajiban untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. (*)
Referensi
– Abdullah, F. (2012). The role of Islam in human capital development: a juristic analysis. Humanomics, 28(1), 64-75.
– Azmi, I. (1970). HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT AND ORGANIZATIONAL PERFORMANCE: A FOCUS ON ISLAMIC PERSPECTIVE. International Journal of Mechanical and Materials Engineering, 17.
– Farooqi, A. H. (2006). Islamic social capital and networking. Humanomics, 22(2), 113-125.
– Khan, H. (2018). Historical Contribution of Islamic Waqf in Human Capital Development through Funding Education. Journal of Islamic and Religious Studies.
– Pramenković, A. (2023). Structuring model of Islamic moral economy. Ekonomski izazovi.