OPINI — Anak merupakan anugerah tak ternilai yang dititipkan Tuhan untuk dirawat, dijaga dan dididik sesuai tuntunan agama, nilai dan norma yang berlaku. Kehadiran anak dalam pernikahan akan memberikan rasa suka cita dan meningkatkan kualitas keharmonisan rumah tangga. Anak menjadi jembatan penyambung silaturahmi dan sekaligus menjadi harapan bagi keberlangsungan keturunan keluarga. Kelak orang tua akan diminta pertanggungjawaban atas proses yang telah diberikan selama membesarkan anaknya.
Menjadi orang tua tidaklah mudah, dibutuhkan berbagai pertimbangan dan kematangan dalam berpikir sampai memutuskan untuk membina rumah tangga. Ibu sebagai mitra ayah dalam rumah tangga, mempunyai fungsi yang sangat penting dalam merawat dan membesarkan anak.
Ibu menjadi sosok tangguh yang merupakan role model, cerminan perilaku bagi anak-anaknya. Sebagai row model, Ibu menjadi figur yang dikagumi dan mengayomi. ibu menjadi tempat berlindung, tempat berbagi serta tempat berkeluh kesah. Untuk menjadi sosok yang tangguh dalam menjalankan tugasnya, seorang ibu perlu memiliki kesehatan fisik yang prima. Demikian pula halnya kesehatan mental, juga diperlukan untuk mendukung ibu dalam merawat anaknya dengan maksimal dan stabil.
Di samping itu, dukungan dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan terdekat ibu menjadi support sistem dalam membantu kesehatan mental ibu menjalankan perannya agar tidak berada dalam kondisi depresi dan stres.
Ketika ibu dalam rumah tangga merasa tertekan, menjadikan kondisi fisik dan psikisnya menjadi terganggu. Secara fisik pola makan menjadi tidak teratur dan waktu istirahat tidak cukup, sedangkan secara psikis akan mempengaruhi mental yang memunculkan rasa kecemasan dan was-was dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, ibu harus mampu mengendalikan hal tersebut melalui adaptasi terhadap tekanan dengan banyak melakukan literasi dari bacaan atau solusi pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kondisi serupa.
Contoh adaptasi terhadap stres secara fisik dapat dilakukan ibu dengan melaksanakan pola hidup sehat, hindari makanan atau minuman yang menganggu metabolisme tubuh, serta istirahat yang cukup. Sedangkan secara psikis dapat dilakukan ibu melalui berpikir positif dan rasional serta mengapresiasi diri dengan memberikan reward atas upaya yang telah dilakukan selama ini.
Ibu yang sehat fisik dan psikis akan mampu mempersiapkan kesehatan mental pula bagi anaknya. Semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks informasi, komunikasi dan interaksi yang diperolehnya. Pada masa ini secara perlahan anak mulai mengenal lingkungan baru yang berbeda dari lingkungan keluarga. Tidak menutup kemungkinan anak akan menghadapi beberapa kondisi yang mengarah pada keputusan emosional. Stres yang berlebihan pada anak akan berdampak pada menurunnya kemampuan berpikir, fisik dan mental. Olehnya itu, ada beberapa cara yang dapat ibu lakukan dalam menjaga kesehatan mental anak diantaranya; mengajarkan anak untuk terbuka dalam berkomunikasi, menciptakan lingkungan yang positif, menjadi pendengar dan pemberi solusi, memberikan reward atas pencapaian yang dilakukan anak sekecil apapun itu serta memastikan asupan gizi seimbang yang dibutuhkan anak.
Kekuatan ibu menjadi pondasi dalam membentuk dan menjaga kesehatan mental anak. Memberikan kasih sayang penuh, dapat membantu anak dalam tumbuh kembang secara optimal untuk membangun keterampilan sosial dan emosional anak dalam beradaptasi di lingkungan yang lebih luas. Keterampilan sosial dan emosional tersebut akan membentuk anak untuk berani mengungkapkan apa yang dirasakan. Anak akan dengan mudah berinteraksi dengan teman sebaya dan sekitarnya karena mendapat dukungan positif yang telah terbangun dari lingkungan terkecilnya. Lambat laun akan mendorong rasa percaya diri dan juga kemandirian anak. Membangun kesehatan mental sejak dini yang dilakukan ibu pada anak menjadi kunci bagi anak dalam menemukan problem solving untuk hidup sehat, bahagia dan sejahtera. (*)