Nurdin menjelaskan untuk pengembangan stoberi di Bantaeng, awalnya para petani dibawa studi banding ke Malang (Jawa Timur) kebun apel dan ke Ciwidey (Jawa Barat) untuk melihat pengembangan komoditas tersebut.
Dengan melihat potensi kabupaten yang pernah dipimpinnya itu, Bantaeng memiliki tiga cluster. Mulai pinggir pantai, dataran rendah sampai dataran tinggi.
“Nah ini cocoknya di dataran tinggi. Saya kira diawali dengan bibit dari Ciwidey terus ada konsultan Jepang kita, mereka bawa bibit Jepang ke sini. Akhirnya, bisa mengembangkan di sini lebih besar dan manis, bedanya itu. Biasanya stroberi itu ke kecut, ini manis,” jelasnya.
Pemerintah terus mengajak masyarakat untuk mengambangkan stroberi. Jika walnya itu pemerintah melalui anggaran APBD melakukan pengembangan. Sekarang Pak mendorong sentra pembudidayaan yang dikelola oleh masyarakat.
“Memang tidak sulit, karena mereka datang studi banding langsung melihat pengelolaan dan pemeliharaannya dan melihat animo pengunjung wisata. Sehingga mereka tertarik. Pemerintah hanya mendorong saja. Saya bersyukur kita datang dan berharap Pak Bupati mengembangkan lebih luas,” imbuhnya.
Selain dikembangkan, mengkomsumsi buah stroberi juga diharapkan menjadi kebiasaan masyarakat. Karena memiliki kandungan vitamin C.