MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Pahit dan manis membangun sebuah usaha menjadi bumbu yang lazim dialami termasuk cerita unik didalamnya. Seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang didirikan oleh seorang perantau asal Yogyakarta yang mengadu nasib di Makassar Sulsel yang satu ini misalnya.
Dia adalah, Ari Wahyu Nengsi yang saat ini bergelut dengan usaha roti. Lokasinya di Jalan Poros Telkom Mas, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulsel.
Adapun brand usahanya dinamakan Arsa roti yang merupakan singkatan dari namanya dan suaminya bernama Sasmanto.
Arsa roti memiliki banyak varian rasa seperti roti nanas, roti kaya, roti vanilla, abon serta beberapa roti kopi dengan isian ayam, pisang coklat dan pisang keju. Selain itu juga memproduksi kue kering.
Ibu Ari mengungkapkan model penjualan dilakukan dengan mendistribusikan produk rotinya dibeberapa instansi dan kantor pemerintah di Kota Makassar serta beberapa hotel di Makassar.
Tidak hanya itu, Ari juga menjual dengan mengunakan mobil di Pinggir-pinggir jalan sepanjang jalan perintis kemerdekaan.
Namun ada yang unik diceritakan oleh Ari saat menjual di pinggir jalan. Ia mengaku sering dikejar-kejar oleh petugas Satpol PP saat sedang berjualan.
“Karena kalau saya menjual itu masih di mobil yah. Kadang dikejar satpol PP,” ungkap Ari kepada Pijarnews.com.
Hal itu lanjut dia, karena belum memiliki tempat permanen untuk melakukan penjualan. Meski itu juga dilakukan di rumah akan tetap itu dinilai tidak strategis.
“Yah itu sering dikejar, karena kami belum punya tempat permanen, kalau di rumah ada sih cuman pasarannya kurang, jadi itu dijadikan tempat produksi saja,” tukasnya.
Oleh karena itu, ia berharap agar bisa mendapatkan bantuan dana untuk mendirikan rumah penjualan yang strategis dan permanen.
“Saya butuhkan itu tempat untuk sarana menjual untuk seperti kios. Karena kalau saya menjual itu masih di mobil yah. Kadang dikejar satpol PP,” imbuhnya.
Sementara itu diketahui kapasitas produksi sehari selalu mencapai 300 buah roti dengan segala varian rasanya.
Sedangkan keuntungan perharinya rata-rata Rp. 500 ribu jika perbulan bisa mencapai Rp. 15-20 juta perbulannya.
Reporter: Sucipto Al-Muhaimin