MAJENE, PIJARNEWS.COM–Generasi Z memiliki peranan penting dalam kehidupan demokrasi di era digital. Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh bersama perkembangan teknologi informasi, Generasi Z dinilai mampu menjadi motor penggerak demokrasi yang lebih terbuka, partisipatif, dan inklusif.
Penilian pentingnya posisi generasi muda tersebut menjadi pembahasan dalam seminar dalam jaringan atau web seminar, Pusat Studi Pemilu dan Politik Lokal (PUSMIPOL) Unsulbar, Rabu (24/12/2025).
Webinar yang dihadiri puluhan peserta itu berasal dari berbagai perguruan tinggi se Sulbar, antara lain mahasiswa Unsulbar, Universitas Muhammadiyah Mamuju (Unimaju), Universitas Terbuka serta ITB Muhammadiyah Polewali Mandar. Ikut juga mengikuti webinar tersebut sejumlah jurnalis media di Sulbar.
Hadir sebagai pemateri Anggota KPU Kabupaten Mamuju periode 2018 – 2023, Muhammad Rifai serta pengantar seminar oleh ketua PUSMIPOL Unsulbar, Farhanuddin.
Peluang dan Tantangan
Muhammad Rifai yang juga dosen dan Peneliti Sosial Kebudayaan Unimaju menguraikan kemajuan teknologi terkhusus di dunia informasi adalah keniscayaan, sehingga manusia, khususnya generasi muda harus mampu beradaptasi dengan kamajuan itu. Menurutnya, kemudahan akses terhadap internet dan media sosial membuat Generasi Z lebih cepat memperoleh informasi mengenai isu politik, sosial, dan kebijakan publik.
Generasi Z adalah kelompok generasi yang lahir pada rentang sekitar 1997 hingga 2012. Generasi ini tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, sehingga dikenal sebagai generasi yang sejak kecil sudah akrab dengan internet, media sosial, dan perangkat pintar.
Rifai menjelaskan, bahwa dengan berbagai platform digital, Gen-Z dapat menyampaikan pendapat, mengkritisi kebijakan pemerintah, serta menggalang dukungan terhadap isu-isu yang dianggap penting, seperti keadilan sosial, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia.
” Partisipasi Generasi Z dalam demokrasi juga terlihat dari meningkatnya keterlibatan mereka dalam diskusi daring, kampanye digital, serta gerakan sosial berbasis media sosial. Platform seperti Instagram, X, TikTok, dan YouTube dimanfaatkan sebagai sarana edukasi politik sekaligus ruang aspirasi publik,” ungkap Rifai.
Sementara itu, Ketua PUSMIPOL Farhanuddin menyampaikan, demokrasi tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi juga berkembang di ruang digital.
Menurut Farhan, sapaa akrabaya, peran besar Generasi Z dalam demokrasi digital juga dihadapkan pada sejumlah tantangan, yang antara lain adalah hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian di media sosial.
” Kemampuan literasi digital yang baik adalah dengan memiliki kemampuan memilah informasi yang benar dan bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat menjadi kunci agar demokrasi digital tetap sehat,” kata Farhan.
Dalam sesi diskusi, para peserta menyampaikan dengan bekal literasi digital, sikap kritis, dan semangat partisipasi yang tinggi, Generasi Z berpotensi menjadi agen perubahan dalam memperkuat demokrasi di Indonesia.
” Dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar peran Generasi Z dapat diarahkan secara positif dan konstruktif,” kata peserta webinar, Supriadi.
Kesimpulan penting dari webinar tersebut, bahwa generasi Z bukan hanya menjadi penikmat teknologi, tetapi juga aktor penting dalam menjaga dan mengembangkan kehidupan demokrasi di era digital. (rls)



















