MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Tim PKM Psikologi UNM bekerja sama dengan LP2M UNM mengadakan Pelatihan Psikoterapi Islam pada Santri di Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa selama dua hari, pada Ahad-Senin (11-12/5/2025).
Kegiatan PKM ini melibatkan beberapa santri yang berada di Kecamatan Parangloe yang bertempat di ruang kelas SMAS Hizbul Wathan desa Belapunranga. Tim PKM Psikologi UNM terdiri Ketua: Ahmad Yasser Mansyur, Anggota: Ahmad Razak dan Basti Tetteng menerapkan Pelatihan Psikoterapi Islam sebagai modalitas Koping Religius para santri untuk menghadapi problem psikis yang dialami di peondok Pesantren.
Menurut Ketua PKM, Ahmad Yasser bahwa berdasar survei pada tahun 2024 lalu di beberapa pondok pesantren di Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa didapatkan beberapa problem yang dialami santri. Secara psikologis didapatkan gejala ringan berupa: merasa was-was, khawatir, konsentrasi terganggu, kurang motivasi dan sulit menghafal Alquran.
Kemudian ada pula santri yang minder dan tidak percaya diri, ingin berhenti dari pondok, dan melarikan diri dari pondok. Fenomena problem psikis santri tersebut perlu segera ditangani agat tidak menjadi momok pada lembaga pendidikan untuk menyukseskan santrinya dalam meraih prestasi yang gemilang.
Ketua PKM ini mengatakan bahwa Mitra dalam kegiatan PKM ini adalah para santri di beberapa pondok pesantren yang mengalami problem psikis di Kecamatan Parangloe. Penanganan masalah mitra adalah dengan menggunakan pendekatan psikoterapi islam.
Secara umum langkah-langkah dalam menangani problem psikis santri dilakukan dilakukan dengan format FGD dan Pelatihan dengan metode eksperimen untuk mengetahui efektivitas pelatihan.
Berdasar hasil analisis problem psikis secara komprehensif yang dialami santri di pondok Pesantren, maka disusun gambaran IPTEKS untuk menangani problem psikis tersebut. IPTEKS psikoterapi islam dirancang berdasar pada aspek psikologis terdiri dari kognitif, afektif (emosi) dan tingkah laku (psikomotor).
Kemudian, menagani problem problem psikis dimulai dari pusat fungsi psikis yaitu qalbu. Selanjutnya ia menyatakan, luaran utama kegiatan pengabdian ini dirancang untuk menghasilkan satu bentuk ”koping religius” bagi santri.
Koping religius menjadi alat keterampilan santri mengatasi problem psikis yang dialaminya dalam lingkungan pesantren. Santri akan mengalami perubahan psikologis yang mengantarkan santri terhidar dari tekanan psikologis. Oleh karena itu, setelah mengikuti psikoterapi islam ini, para peserta memiliki wawasan teoretis dan praktis yang dibutuhkan santri dalam memahami problem psikologis dalam diri dan menggunakan potensi fungsi psikis yang ada dalam diri untuk dapat menangani problem psikis di lingkungan pesantren.
Oleh karena itu, baik secara konsep, metodologi, maupun teknik-teknik praktis, santri diharapkan mampu melakukan evaluasi dan menangani problem psikis yang dialaminya. Selian luaran utama, setelah mengikuti kegiatan PKM ini santri dapat: 1).Memahami potensi diri dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan psikomotor), 2).Memahami fungsi qalbu sebagai pusat kesadaran dan pengendali perilaku sehinga psikoterapi dapat ditempatkan di qalbu. 3). Memahami dimensi problem psikis (psikis, fisik dan sosial), 4) Dapat melakukan aktualisasi diri dan lepas dari tekanan di lingkungan pesantren (belajar dan beraktivitas dengan normal).
Ustaz Qadir sebagai koordinator pesantren Parangloe menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan PKM ini sangat strategis dan efektif untuk menangani problem psikis santri yang dapat menjadi rujukan bersama pondok pesantren atau bagi lembaga pendidikan dengan program boarding (berasrama). Selain itu secara personal, santri dapat memiliki skill/keterampilan koping religius agar memilik daya adaptasi diri (adjasment) terhadap lingkungannya. (rls)