MAKASSAR, PIJARNEWS.COM – Stunting adalah ancaman nyata bagi generasi penerus kita. Anak yang stunting berisiko tumbuh dengan kemampuan kognitif yang rendah, sehingga memengaruhi kualitas hidupnya di masa depan. Bayangkan jika Sulawesi Selatan, yang dikenal dengan masyarakatnya yang kreatif dan berdaya saing, memiliki generasi yang kehilangan potensinya akibat stunting.
Namun, kita punya kekuatan untuk mengubah cerita ini. Pencegahan stunting bukan tugas satu pihak saja, tetapi tanggung jawab bersama.
Diskusi mengenai stunting pun jadi agenda penting. Dialog Interaktif bertema Gizi dan Pencegahan Stunting Bersama Media di Provinsi Sulsel digelar. Ada 50 jurnalis dari berbagai media cetak dan elektronik mengikuti diskusi yang berlangsung di lantai 6, Hotel Grand Town Makassar, Kamis (17/4/2025). Lebih tiga jam, baik peserta maupun narasumber yang dihadirkan, antusias mengikuti jalannya diskusi yang interaktif dan komunikatif itu.
Kepala Bappelitbangda Provinsi Sulsel, Setiawan Aswad menegaskan, Pemprov Sulsel berkomitmen penuh untuk mencegah dan mempercepat penurunan kasus stunting atau pertumbuhan yang terhambat pada anak akibat kurang gizi kronis, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025.
“Sesuai arahan Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Andi Sudirman Sulaiman, pencegahan dan penurunan angka stunting akan menjadi prioritas utama dalam lima tahun ke depan, seperti yang tercantum dalam RPJMD tahun 2025, dengan meningkatkan sinergi antara pemerintah dan pihak swasta sebagai langkah memperkuat intervensi pencegahan stunting dan gizi buruk di Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Bappelitbangda akan memantau pelaksanaan kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan serapan anggaran melalui aplikasi e-monev serta situs resmi mereka. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas program di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
“Bappelitbangda, sebagai koordinator Aksi Konvergensi OPD Pemprov Sulsel, akan melakukan monitoring, evaluasi, dan memberikan penilaian terhadap kinerja 24 kabupaten/kota dalam pencegahan dan penanganan stunting,” imbuhnya.
Provinsi Sulawesi Selatan menurut SSGI 2024 angka stunting turun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen.Adapun di mana target prevalensi stunting Provinsi Sulsel dari baseline 2023 sebesar 27,4 persen dengan target sebelumnya 2025 sebesar 23,9 persen. Adapun untuk 2045 sebesar 6,1 persen.
Kerja keras dan konsistensi Inovasi Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan membuahkan hasil dari tahun 2020-2024 berupa pendampingan gizi desa dan intervensi gizi 1000 HPK berupa PMT lokal balita dan ibu hamil, multivitamin, pemberian tablet tambah darah bagi rematri dan ibu hamil.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M. Ishaq Iskandar menyebutkan bahwa pola hidup sehat, seperti menghindari rokok yang dapat berdampak pada risiko stunting dan mencukupi kebutuhan gizi anak, merupakan langkah mendasar dalam mencegah stunting. Ia juga menyoroti pentingnya literasi kesehatan di masyarakat.
“Pola hidup sehat merupakan cara paling sederhana untuk mencegah dan menurunkan stunting. Misalnya, di lapangan, ditemukan bahwa masyarakat dengan ekonomi menengah di salah satu kabupaten di Sulsel memiliki anak yang mengalami stunting, meskipun tergolong warga ekonomi menengah. Hal ini disebabkan orang tua tidak memenuhi kebutuhan gizi anak serta tidak menerapkan pola hidup sehat. Jadi, tidak semua keluarga dengan kondisi ekonomi rendah mengalami stunting,” jelas M. Ishaq Iskandar.
Oleh karena itu, Ishaq menegaskan perlunya sosialisasi mengenai pentingnya komunikasi perubahan perilaku di masyarakat.
“Sehingga dialog interaktif bersama media dapat menyampaikan literasi tentang pola hidup sehat serta pencegahan dan penurunan stunting,” harapnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Nike Frans dari United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) untuk wilayah Sulawesi dan Maluku yang merupakan badan PBB yang fokus pada kesejahteraan anak, Direktur Jenewa Institute Surahman Said, serta akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Djunaidi M. Dachlan.
Nike Frans sendiri memaparkan tiga beban gizi yang terjadi di Indonesia yaitu kekurangan gizi, yang didalamnya ada stunting, kelebihan berat badan atau obesitas, dan ketiga kekurangan zat gizi mikro atau yang disebut anemia. Ketiganya, mengancam kualitas hidup manusia.
“Stunting ini banyak disebabkan oleh perilaku, gizi dan sanitasi. Salah satu yang digencarkan pemerintah adalah komunikasi perubahan perilaku. Dan dasar dari perubahan perilaku adalah informasi,” katanya.
Sementara itu, Djunaidi M Dachlan mengatakan, pola pikir masyarakat harus diubah. Khususnya terkait yang menganggap bahwa stunting itu adalah keturunan. “Jangan mengatakan stunting itu karena keturunan. Perhatikan, apakah sudah diintervensi sebelumnya dengan makanan bergizi tetapi tidak ada perubahan?” tandasnya.
Oleh karena itu, Djunaidi menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat dan pendampingan yang intensif.
Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said diawal sambutan mengatakan Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 menunjukkan bahwa 21,5 % balita mengalami stunting dan Provinsi Sulsel masuk 10 besar dengan persentase 27,4 %. Faktor-faktor yang memengaruhi masih tingginya angka stunting di Indonesia di antaranya kebijakan yang belum konvergen terhadap program pencegahan stunting, dan permasalahan perubahan perilaku baik di tingkat individu, tingkat masyarakat, dan tingkat layanan kesehatan. Penyelesaian masalah stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif.
“Berdasarkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting tahun 2018, terdapat 5 pilar utama dalam percepatan penurunan stunting. Salah satunya, pilar yang masih menjadi perhatian terdapat pada pilar ke-2 terkait peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat,” paparnya.
Kementerian Kesehatan RI menjabarkan bahwa pendekatan komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting dilaksanakan dalam empat komponen, yaitu advokasi, kampanye, mobilisasi social, dan komunikasi antar pribadi.
Media, lanjutnya, memiliki peran strategis dalam teori dan penerapan komunikasi perubahan perilaku terutama dalam pendekatan kampanye publik.
Kegiatan ini didukung oleh UNICEF dan Jenewa Madani Indonesia bekerja sama Pemprov Sulsel dan didukung Tanoto Foundation.
Jenewa Madani Indonesia adalah lembaga non pemerintah yang professional dan menjadi rujukan di Indonesia bagian Timur dalam hal pendampingan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dan kesehatan masyarakat. (*)
Reporter: Dian Muhtadiah Hamna