toto

toto

Situs Toto

Situs Toto

Togel Online

toto

  • Tentang Kami
  • Tim Pijarnews
  • Kerjasama
Sabtu, 6 Desember, 2025
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Pijar News
  • Nasional
  • Ajatappareng
  • Pijar Channel
  • Sulselbar
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Pendidikan
  • Opini
  • Teknologi
  • Kesehatan
Pijar News
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Ajatappareng

S. Purwanda: Setelah Soeharto Lengser (Orasi Peringatan 83 Tahun Kelahiran Habibie)

Ibrah La Iman Editor: Ibrah La Iman
22:51, 25 Juni 2019
di Ajatappareng
Waktu Baca: 5 menit
S. Purwanda: Setelah Soeharto Lengser (Orasi Peringatan 83 Tahun Kelahiran Habibie)

Para hadirin yang saya muliakan…

Tanggal 13 dan 14 Mei 1998, merupakan puncak kerusuhan di ibukota sebelum akhirnya Soeharto lengser sebagai presiden seminggu setelah kejadian. Para pejuang pro demokrasi merayakan kemenangan ini, sebagai tanda suatu rezim telah digulingkan.

Malam sehari sebelum Soeharto lengser pada 21 Mei 98, Wakil Presiden B.J. Habibie bertemu dengan Presiden Soeharto. Pada malam yang sama, tapi di waktu yang berbeda, Wakil Presiden Habibie mengundang para menteri ke kediamannya, dengan harapan para menteri menarik pengajuan pengunduran diri mereka dari kabinet yang dipimpin Soeharto (B.J. Habibie, 2006:33).

Pertemuan B.J. Habibie dengan para menteri, menjadi alasan bagi Soeharto tak ingin lagi jumpa dengan wakilnya tersebut (Simak juga Probosutedjo, 2013:594). Hal itu berlangsung lama, bahkan hingga Soeharto sakit dan wafat, sikap penolakan dari keluarga Soeharto tetap hadir untuk B.J. Habibie. (Penelusuran artikel Tirto.id).

Honest Card

Para hadirin yang saya muliakan…

Baca Juga

Wali Kota Parepare Dampingi Dirjen Cipta Karya Tinjau Stadion BJ Habibie

Dampingi Komisi V DPR RI Tinjau Progres Stadion GBH, Sekda Parepare Optimis Penuhi Ekspektasi

Selepas pengambilan sumpah pada pukul 09:10 pagi WIB, 21 Mei 98, di Istana Negara, dimulailah ujian berat bagi Habibie selaku presiden ketiga Republik Indonesia. Menurut Dewi Fortuna Anwar, ujian pertama B.J. Habibie selaku presiden adalah penolakan atas pengangkatan B.J. Habibie oleh sebagian kelompok, dengan alasan Soeharto dan B.J. Habibie diangkat dalam satu paket sebelumnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden. S

Sebagian berpendapat, termasuk pandangan Partai Golkar, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mestinya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Sebagian lagi mempersoalkan legitimasi sumpah jabatan presiden bagi B.J. Habibie yang semestinya diambil sumpah di MPR, sebagaimana ketetapan UUD 1945; bukan di Istana Negara dan dilakukan oleh Mahkamah Agung (D.F. Anwar dalam Geoff Forrester, 2002:28).

Tapi semua alasan penolakan tersebut dimentahkan oleh para ‘ahli perundang-undangan’, yang sekarang lebih beken dengan sebutan ‘ahli tata negara’. Menurut para ahli, pengangkatan tersebut sudah legal, sebagaimana pula telah ditetapkan oleh Keputusan MPR dengan pertimbangan hukum: telah terjadi kevakuman atau kekosongan negara.

Apakah para penuntut B.J. Habibie untuk mundur dari kursi presiden berakhir sampai di situ saja? Jawabannya: belum. Mereka malah menuding B.J. Habibie adalah boneka dari Soeharto. Dan sebagian juga menolak dengan alasan B.J. Habibie terlalu dekat dengan kalangan kelompok muslim modernis, khususnya dari organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Bukanlah suatu kebetulan mereka yang berseberangan dengan ICMI juga ikut menolak B.J. Habibie selaku Presiden (D.F. Anwar dalam Geoff Forrester, 2002:29).

Para hadirin yang saya muliakan…

Terlepas dari upaya penolakan dari sebagian kelompok terhadap Presiden B.J. Habibie, kabinet di bawah nakhoda baru dibentuk, sehari setelah sumpah jabatan diucapkan. Kabinet itu diberi nama: Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet baru itu telah ditunggu oleh tiga persoalan pelik. Persoalan pelik itu menjadi fokus khusus Presiden B.J. Habibie dan kabinetnya. Tiga persoalan itu, yakni: urusan krisis ekonomi, persoalan hukum dan HAM, serta urusan politik (Tertuang dalam isi pidato B.J. Habibie, 21, 25 Mei dan 15 Agustus 1998).

Persoalan pertama mengenai krisis ekonomi. Kevin Evans menyebut persoalan ini sebagai getaran sepuluh skala richter ekonomi. Yang di mana getaran itu bahkan menggoyangkan kekuasaan yang bertahan selama 32 tahun.

Evans berpendapat problema ekonomi Indonesia telah dimulai jauh sebelumnya, pada permulaan tahun 1990-an. Credit boom yang terjadi pada akhir 1980-an mendorong pemerintah untuk menaikkan tingkat suku bunga. Tingkatan ini membuat konglomerat swasta berlomba-lomba mengambil tawaran pinjaman luar negeri dari bank-bank internasional, dengan nafsu biar sukses seperti kisah kemajuan Asia Timur (Kevin Evans dalam Geoff Forrester, 2002:192).

Selain alasan credit boom tadi, krisis ekonomi juga ditengarai karena kegagalan pemerintah mempertahankan ‘reformasi ekonomi mikro’ yang berlangsung pada tahun 1993. Padahal ketika pada masa itu, pembentukan kabinet Soeharto sedang berlangsung, dan pertumbuhan ekonomi sedang berada di atas angka 6,5 persen (Kevin Evans dalam Geoff Forrester, 2002:194).

Dua alasan tersebut ditambah kerusuhan Mei 98, membuat Presiden B.J. Habibie bersama-sama dengan kabinetnya, mereformasi bidang ekonomi dengan tiga tujuan utama, yaitu:
1. Merestrukturisasi dan memperkuat sektor keuangan dan perbankan;
2. Memperkuat basis sektor riil ekonomi; dan
3. Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang paling menderita akibat krisis (D.F. Anwar dalam Geoff Forrester, 2002:35).

Persoalan kedua, mengenai sistem hukum dan kasus-kasus HAM. Presiden B.J. Habibie lebih mengedepankan pendekatan perundang-undangan di bawah kekuasaan hukum atau dengan sebutan negara hukum (rechtstaat); bukan negara kekuasaan (machtstaat) seperti yang dicontohkan mentornya.

Persoalan-persoalan HAM masa lalu juga diungkit kembali oleh B.J. Habibie. Bahkan, pemerintahannya tidak sungkan untuk meminta maaf atas kejadian pelanggaran HAM yang telah terjadi sebelumnya, seperti peristiwa Tanjung Priok 1983. Bukan hanya kasus lama, kasus di masa akhir Orde Baru, yaitu dugaan pemerkosaan atas perempuan keturunan Cina pada Mei 98 juga diungkit dengan membentuk tim investigasi independen yang dipimpin oleh Marzuki Darusman dari Komnas HAM.

Terobosan hukum lain dalam bidang HAM yang dilakukan oleh B.J. Habibie adalah melepaskan tahanan politik dan narapidana, seperti orang-orang Masyumi dan Syarikat Islam yang ditahan pada masa Orde Lama dan orang-orang PKI yang ditahan pada masa Orde Baru dengan pertimbangan hukum: sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan 1998 dan alasan kemanusiaan (Geoff Forrester, 2002:40-41).

Selain itu, pada tanggal 26 Juni 1998, Pemerintahan B.J. Habibie juga meluncurkan program lima tahun Aksi Nasional Program Hak-hak Asasi Manusia untuk 1998-2003 sebagaimana telah merujuk pada Deklarasi HAM di Win, Tahun 1993. Pemerintah juga meratifikasi dua konvensi internasional, yakni: Konvensi PBB Tahun 1969 tentang Pembersihan Semua Bentuk Diskriminasi Sosial; dan Konvensi PBB Tahun 1987 tentang Menentang Penyiksaan dan Bentuk-bentuk Lain Perlakuan Penyiksaan yang Kejam dan Tidak Manusiawi.

Persoalan ketiga, tentang urusan politik nasional setelah Soeharto lengser. Perubahan drastis kerangka politik dari otoriter ke demokrasi cukup memengaruhi segala kebijakan dan langkah politik B.J. Habibie.
Gaya politik B.J. Habibie melambangkan keterbukaan pada siapa pun dan golongan apapun. Hal ini sebagai bentuk terbukanya kran demokrasi pasca lengsernya Soeharto.

Setelah dirinya menjabat sebagai presiden, B.J. Habibie mengunjungi Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sesuatu hal yang ganjil pada masa Soeharto berkuasa.

Langkah ini dianggap sebagai kemunduran oleh sebagian elit politik, bahkan dianggap merendahkan kedudukan jabatan presiden. Namun, dengan sikap rasional B.J. Habibie bersikeras, itu bukanlah sikap yang merendahkan, malah sebaliknya adalah bentuk penghargaan terhadap kekuasaan rakyat (D.F. Anwar dalam Geoff Forrester, 2002:37).

Dalam pertemuan itu, Presiden dan DPR menyepakati tiga kesepakatan politik sebagai masalah utama yang mesti dituntaskan. Tiga hal itu, yakni:
1. Menyelenggarakan Sidang Istimewa MPR, dengan sasaran utama menetapkan tanggal baru untuk penyelenggaraan pemilu;
2. Menyelenggarakan pemilu tersebut ke pertengahan Tahun 1999 dan bukan menunggu sampai Tahun 2002, sebagaimana tercantum dalam GBHN; dan
3. Menyelenggarakan sidang umum MPR yang baru dipilih dan memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan mulai menjabat pada 1 Januari Tahun 2000 (Geoff Forrester, 2002:37-38).

Para hadirin yang saya muliakan…

Dari ketiga persoalan di atas, dengan sigap, Presiden B.J. Habibie dan Kabinet Reformasi Pembangunan-nya bekerja dalam tekanan suhu politik yang panas, krisis ekonomi dan segala carut marut aturan hukum. Sebagian simpati atas kerja-kerja pemerintahan transisi ini, sebagian lagi tetap enggan percaya akan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Terakhir, saya ingin menyampaikan, bahwa B.J. Habibie bukan orang yang mudah menyerah. Terbukti ia tidak lengser setelah adanya desas-desus kekuasaannya hanya akan berlangsung dalam hitungan hari saja. Ia adalah orang yang gigih. Kuat pendirian. Selalu penasaran dengan masalah-masalah rumit yang mengganggu pikirannya.
Saya akan menutup orasi ilmiah ini dengan sebuah percakapan di atas pesawat, antara ayah dan anak.

“Ayah, kenapa pesawat ini bisa terbang?”
“Karena pesawat ini punya sayap, Nak.”
“Kalau begitu apa bedanya pesawat dengan burung?”
“Burung itu sayapnya dari Tuhan, pesawat ini sayapnya dibuat manusia.”
“Kenapa manusia tidak membuat sayap sendiri biar bisa terbang?”

Ayah si Anak itu mengeluarkan sebuah buku dalam tasnya, dan diberikan kepada anaknya. Seseorang melihat percakapan itu, dan mengingat masa kecilnya dengan almarhum ayahnya. Orang itu ingat, ketika ayahnya juga tidak bisa menjawab pertanyaannya yang rumit, maka ayahnya akan menyodorkannya sebuah buku.

Orang yang memerhatikan percakapan itu adalah B.J. Habibie, yang sedang dalam perjalanan studi ke Eropa. Itu kali pertama ia terbang menggunakan pesawat. Dipangkuannya sebuah buku tebal berbahasa Belanda berjudul De Idioot (Si Bodoh) karangan penyair Rusia, Fyodor Dostoyevsky (Gina S. Noer, 2015:5-6).

Sekian dan terimakasih. Selamat berbincang…

Penulis: S. Purwanda

(dibacakan pada peringatan hari lahir B.J. Habibie ke 83 di Parepare)

Terkait: BJ HabibieOrasi 83 Tahun Kelahiran HabibieS. Purwanda

BERITA TERKAIT

Wali Kota Parepare Dampingi Dirjen Cipta Karya Tinjau Stadion BJ Habibie

Wali Kota Parepare Dampingi Dirjen Cipta Karya Tinjau Stadion BJ Habibie

5 Maret 2025
Dampingi Komisi V DPR RI Tinjau Progres Stadion GBH, Sekda Parepare Optimis Penuhi Ekspektasi

Dampingi Komisi V DPR RI Tinjau Progres Stadion GBH, Sekda Parepare Optimis Penuhi Ekspektasi

16 Januari 2025
Tinjau Stadion BJ Habibie, Pj Wali Kota Parepare Ungkap Progres dan Tantangan Pembangunan

Tinjau Stadion BJ Habibie, Pj Wali Kota Parepare Ungkap Progres dan Tantangan Pembangunan

2 Oktober 2024
Pj Wali Kota Parepare Bakal Laporkan Perkembangan Pembangunan Stadion Gelora BJ Habibie ke Pusat

Pj Wali Kota Parepare Bakal Laporkan Perkembangan Pembangunan Stadion Gelora BJ Habibie ke Pusat

5 Juli 2024
Tim BJ.Habibie IAIN Parepare Sabet Juara 1 OASE PTKI se-Indonesia

Tim BJ.Habibie IAIN Parepare Sabet Juara 1 OASE PTKI se-Indonesia

18 Juni 2023
Gelar Kuliah Umum, ITH Parepare Hadirkan Anak Presiden ke-3 RI BJ Habibie

Gelar Kuliah Umum, ITH Parepare Hadirkan Anak Presiden ke-3 RI BJ Habibie

26 November 2022
Selanjutnya
Pameran Dataran Tak Bertepi Kerjasama MIWF-Kedubes Australia

Pameran Dataran Tak Bertepi Kerjasama MIWF-Kedubes Australia

Berita Terbaru

Edukasi Sejarah dan Religi, Sekretaris UMPAR Ucapkan Milad Muhammadiyah di Makam KH Ahmad Dahlan

Edukasi Sejarah dan Religi, Sekretaris UMPAR Ucapkan Milad Muhammadiyah di Makam KH Ahmad Dahlan

5 Desember 2025
Bencana Ini Tak Datang Sendiri

Bencana Ini Tak Datang Sendiri

5 Desember 2025
Lapor Pak Wali dan Semangat Baru Pelayanan Publik di Parepare

Lapor Pak Wali dan Semangat Baru Pelayanan Publik di Parepare

4 Desember 2025
Bagian Program Bimbingan Karier, Siswa Kelas 12 SMA Bosowa School Makassar  Internship Program

Bagian Program Bimbingan Karier, Siswa Kelas 12 SMA Bosowa School Makassar Internship Program

3 Desember 2025
Magang di Taiwan, Mahasiswa UMS Rappang Bawa Pulang Ilmu Berharga dan Uang Saku 40 Juta

Magang di Taiwan, Mahasiswa UMS Rappang Bawa Pulang Ilmu Berharga dan Uang Saku 40 Juta

3 Desember 2025
Disaksikan Kasatgas KPK, Pemkot Parepare Perkuat Kolaborasi APIP dan APH Cegah Korupsi

Disaksikan Kasatgas KPK, Pemkot Parepare Perkuat Kolaborasi APIP dan APH Cegah Korupsi

2 Desember 2025
RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

2 Desember 2025
Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

2 Desember 2025
Tasming Hamid Tegaskan Komitmen Perkuat Pendidikan

Tasming Hamid Tegaskan Komitmen Perkuat Pendidikan

1 Desember 2025
Kantongi Izin Kementerian Taiwan, Dua Mahasiswa UMS Rappang Siap Magang Internasional

Kantongi Izin Kementerian Taiwan, Dua Mahasiswa UMS Rappang Siap Magang Internasional

1 Desember 2025

Artikel Lainnya

Media Online Pijar News ini Telah Terverifikasi secara Administratif dan Faktual Oleh Dewan Pers

  • Tentang
  • Redaksi
  • Advertise
  • Kebijakan Privacy
  • Disclaimer
  • Kode Etik
  • Pedoman Pemberitaan
  • Perlindungan Wartawan

©2016 - 2025. Hak Cipta oleh PT. Pijar Media Global.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nasional
  • Ajatappareng
  • Pijar Channel
  • Sulselbar
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Pendidikan
  • Opini
  • Teknologi
  • Kesehatan

©2016 - 2025. Hak Cipta oleh PT. Pijar Media Global.