Oleh : Pujiana, S.Pd
(Aktivis Muslimah, Pemerhati Kebijakan Publik)
Sering kita mendengar istilah toleransi dalam kehidupan masyarakat hari ini, memang kehidupan masyarakat yang beragam dengan kemajemukannya menjadikan istilah itu akan lahir, begitu halnya dengan istilah toleransi.
Pada pertengahan Juni 2025, Kementerian Agama Kota Balikpapan berkesempatan menjadi tuan rumah kegiatan syuting program televisi bertema “Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama”, kegiatan ini digagas oleh stasiun TVRI Samarinda bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Balikpapan, program ini dianggap penting sebagai media edukasi dan penguatan moderasi beragama, terutama bagi generasi muda. 15/07/2025 (https//kaltim.kemenag.go.id)

Program moderasi beragama adalah salah satu program Nasional, sehingga Pemerintah berupaya menggandeng semua pihak terkait agar bisa mensukseskan program tersebut.
Seperti halnya moderasi beragama adalah cara pandang atau sikap atau perilaku yang dianut dan dipraktikan oleh sebagian penduduk negri, dari dulu hingga sekarang.
Sehingga pemerintah menjadikan program moderasi beragama sebagai salah satu program Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).(Kemenag.go.id)
Problematika masyarakat hari ini sangatlah kompleks, memasifkan program-program moderasi beragama bukanlah salah satu langkah efektif dalam mengatasi masalah yang muncul dipermukaan.
Gaya hidup masyarakat hari ini kian jauh dari nilai-nilai Islam, serta lebih cenderung mengadopsi cara pandang kehidupan ala barat atau Sekularisme.
Masifnya pemahaman barat sekuler kapitalisme semakin menjadikan masyarakat cenderung melakukan perbuatan-perbuatan maksiat serta tindak kriminalitas, semakin hari angkanya semakin meningkat, malah justru hal tersebut memicu banyaknya akibat dari perbuatan manusia itu sendiri yakni mengundang murka Allah berupa teguran terjadinya bencana alam.
Permasalahan terjadi pada masyarakat bukanlah masalah rukun dan tidak rukunnya antara umat beragama, tetapi masalah menyikapi bagaimana bentuk keberagaman itu sendiri, terkait dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu menjadi kemajemukannya dan sudah menjadi standarisasi masing-masing.
Tanpa adanya moderasi beragamapun masyarakat paham bagaimana mereka harus hidup rukun dan berdampingan dengan keyakinan yang mereka anut dan yakini.
Justru adanya ide Pluralisme, bisa menggerus keyakinan seseorang yang sudah tertanam kuat, peliknya menyusup dalam ide moderasi beragama dengan upaya program Moderasi Beragama itu sendiri.
Melihat ini bisa menjadi upaya terstruktur dan tersistematis dalam menggerus akidah umat itu sendiri, tidak yakin dengan kebenaran yang ia anut sebelumnya serta bisa memunculkan keraguan dalam berkeyakinan.
Mirisnya, upaya ini melibatkan pemuda, pembajakan kepada pemuda dalam program Moderasi bisa melahirkan masalah baru, pemuda sebagai estapet perjuangan tetapi keyakinan mereka dilemahkan dari sisi ide moderasi beragama.
Secara umum kaum muslimin mayoritas penduduk bangsa ini sudah memahami bagaimana hidup toleran dengan agama lain, masyarakat selama ini hidup dalam damai, justru dengan upaya baru bisa menggaburkan makna kedamaian yang selama ini terbangun, umat muslim paham, menghormati keyakinan agama lain adalah perintah, tidak menggangu dan membiarkan beribadah adalah bentuk toleransi dalam Islam.
Islam menghormati keyakinan tetapi tidak ada istilah bahwa semua agama itu sama dalam arti Pluralisme, ide ini lahir bukan dari Islam tapi lahir dari produk barat.
Bentuk Toleransi dalam Islam
Islam telah memgatur bagaimana sikap toleransi tanpa harus bermoderasi, dalam Al Qur’an surah Al Hujarat ayat 13 artinya “Wahai manusia! sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, lalu kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku supaya kamu saling kenal mengenal…”
Ayat ini menggambarkan kepada manusia agar saling kenal dan hidup berdampingan walau berbeda agama, suku, bangsa dan warna kulit.
Salam Al Qur’an surah Al Kafirun ayat 6 artinya “ Untukmu agamamu dan untukku agamaku”
Dalam hal keyakinan kita wajib untuk berpegang teguh kepada keyakinan kita masing-masing, tanpa mengusik dan mengikuti keyakinan dan cara beribadah agama lain.
Bagaimana Rasulullah juga mencontohkan kehidupan berdampingan dengan agama, pada saat fase Mekah, beliau hidup berdampingan dengan masyarakat musyrik Mekah, melakukan aktivitas dakwah dan tetap menyeru manusia kepada jalan Allah.
Islam tetap mengakui masyarakat yang beragam begitu halnya dengan kondisi masyarakat Madinah, Islam tetap hadir dalam hal menyeru kepada kebenaran tanpa paksaan, aktivitas dakwah adalah mengajak tidak memaksa.
Pada dasarnya kondisi masyarakat yang beragam sudah ada sejak awal Islam itu ada, dengan adanya pengaturan sistem Islam malah justru kehidupan dengan perbedaan ini terbangun dengan damai, tidak ada istilah lahir semisal menyamakan semua agama itu sama dalam arti Pluralisme, Islam mengajarkan hidup damai berdampingan dengan keyakinan agama lain itu hal penting tanpa harus mengorbankan keyakinan akidah dan kebenaran Islam.
Berpegang teguh kepada ajaran itu adalah hal penting karena modal untuk menjalankan semua syariat yang sudah Allah SWT dan Rasulullah Saw perintahkan tidak boleh ada pengabaian dan ternodai dengan istilah yang lahir dari rahim Sekularisme.
Wallahu alam bissawab
















