PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Setiap 22 Oktober, gema Hari Santri Nasional mengingatkan bangsa ini pada peran kaum santri dalam membangun negeri. Di Parepare, momentum itu tak sekadar seremoni. Ia menjadi ruang refleksi atas perjalanan kota ini yang pernah dikenal luas dengan julukan “Parepare Kota Santri”, sebuah identitas yang tumbuh di masa kepemimpinan Wali Kota Dr. H. M. Taufan Pawe, SH, MH.
Selama dua periode memimpin, Taufan Pawe menanamkan nilai-nilai religiusitas melalui dua gagasan besar: “Teori Telapak Kaki” dan “Kota Santri.” Dua konsep ini tak berhenti di tataran slogan, melainkan diterjemahkan ke dalam kebijakan dan program yang nyata dirasakan masyarakat.
Kota di pesisir Sulawesi Selatan itu kemudian dikenal bukan hanya karena deretan infrastruktur modernnya, tetapi juga karena denyut spiritual yang hidup di tengah warganya. Setiap malam Jumat, misalnya, dzikir bersama menjadi tradisi rutin yang mempererat silaturahmi antarwarga.
Taufan yang kini menjadi Anggota DPR-RI juga melahirkan sejumlah program keagamaan yang memperkuat karakter santri di Parepare. Antara lain Pesantren Kilat bagi siswa, program umrah bagi imam masjid dan guru mengaji, serta layanan BPJS Ketenagakerjaan dan insentif bagi imam serta pegawai syara. Semua itu menjadi bentuk nyata penghargaan pemerintah terhadap para penjaga nilai-nilai keislaman.

Tak berhenti di situ, kepemimpinan Taufan Pawe juga menandai era toleransi baru. Ia membangun suasana keberagaman yang harmonis dengan kebijakan yang inklusif dan berkeadilan. Nilai-nilai moderasi beragama tumbuh bersamaan dengan kemajuan kota, menjadikan Parepare teladan dalam memadukan iman dan pembangunan.
Kini, di momen Hari Santri Nasional 2025, masyarakat Parepare diajak kembali meneladani semangat keikhlasan dan pengabdian yang melekat pada kaum santri. Warisan nilai itu menjadi fondasi untuk melangkah ke masa depan — menjadikan Parepare tetap religius, damai, dan toleran bagi semua.
Dengan napas santri yang terus mengalir dalam denyut kota, Parepare menatap masa depan dengan keyakinan: kemajuan sejati hanya lahir dari keseimbangan antara iman, ilmu, dan akhlak mulia. (bas/al)


















