toto

toto

Situs Toto

Situs Toto

Togel Online

toto

  • Tentang Kami
  • Tim Pijarnews
  • Kerjasama
Jumat, 5 Desember, 2025
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Pijar News
  • Nasional
  • Ajatappareng
  • Pijar Channel
  • Sulselbar
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Pendidikan
  • Opini
  • Teknologi
  • Kesehatan
Pijar News
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Opini

Krisis Sudan dan Kepentingan Barat: Alarm Persatuan Negeri Muslim

OPINI

Dian Muhtadiah Hamna Editor: Dian Muhtadiah Hamna
08:29, 10 November 2025
di Opini
Waktu Baca: 3 menit
Krisis Sudan dan Kepentingan Barat: Alarm Persatuan Negeri Muslim

Oleh: Arlianah, S.E. (Pemerhati Isu Sosial dan Lingkungan)

Krisis di Sudan kembali memuncak. Ribuan orang mengungsi, pembunuhan massal dan pemerkosaan berlangsung tanpa henti, meninggalkan jejak penderitaan yang panjang bagi masyarakat. Sudan, negara terbesar ketiga di Afrika, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, mayoritas penduduknya Muslim, memiliki piramida lebih banyak dan Sungai Nil yang lebih panjang dibanding Mesir, bahkan menjadi produsen emas Arab terbesar, tetap terjebak dalam krisis kemanusiaan yang tiada ujung. Fakta-fakta ini telah dilaporkan oleh berbagai media, antara lain Republika dan MINA News yang menyoroti pengungsian lebih dari 60 ribu warga dalam empat hari terakhir dan brutalitas pasukan bersenjata di masjid serta rumah sakit (Republika, MINA News).

Melihat fakta ini, sulit untuk menafikkan bahwa krisis di Sudan bukan sekadar konflik internal atau perselisihan etnis. Ada campur tangan negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang menggunakan negara-negara boneka mereka, termasuk Zionis dan Uni Emirat Arab, sebagai alat untuk memperluas pengaruh politik sekaligus menguasai sumber daya alam Sudan yang melimpah. Konflik ini, dalam banyak kasus, bukan murni perbedaan identitas, melainkan bagian dari percaturan global untuk menjarah kekayaan negeri Muslim dan mengendalikan geopolitik kawasan.

Lembaga-lembaga internasional dan aturan global pun sering dibuat untuk mempertahankan hegemoni negara-negara adidaya, bukan untuk melindungi rakyat Sudan maupun umat Islam pada umumnya (Republika).

Honest Card

Sudan yang kaya sumber daya alam, emas, minyak, sungai strategis, dan pertanian, justru dijadikan arena perebutan kekuasaan. Hanya sedikit yang peduli pada kesejahteraan rakyatnya. Ironisnya, negara-negara adidaya yang mengklaim misi “perdamaian” dan “pembangunan” justru memanfaatkan konflik ini sebagai sarana untuk menancapkan pengaruh politik dan ekonomi.

Baca Juga

RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

Situasi ini menjadi pengingat bahwa umat Islam tidak boleh hanya menjadi penonton di negeri mereka sendiri. Ketergantungan pada sistem non-Islam yang dijalankan negara-negara Barat telah menjerumuskan rakyat Sudan dan negeri-negeri Muslim lainnya ke dalam penderitaan berkepanjangan.

Melihat akar masalah ini, umat Islam perlu menaikkan level berpikir agar mampu membaca problem global dengan kacamata ideologis. Konflik yang tampak sebagai perang sipil atau pertikaian suku seringkali hanyalah permukaan dari perang peradaban antara sistem Islam dan ideologi non-Islam yang berupaya menundukkan umat.

Kesadaran akan hal ini menjadi penting agar umat tidak terjebak dalam narasi yang dibangun media Barat atau lembaga internasional yang bias kepentingan. Dengan memahami permainan geopolitik ini, umat dapat bersiap dan memposisikan diri secara strategis dalam membangun kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang independen dari hegemoni asing.

Solusi fundamental bagi umat Islam terletak pada pemahaman bahwa hanya sistem Islam yang dapat menyelesaikan krisis multidimensi (politik, ekonomi, hingga sosial) secara tuntas.

Sistem Khilafah yang menerapkan hukum Allah secara kaffah adalah kerangka yang memungkinkan terwujudnya kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat. Pendidikan, pemerintahan, dan ekonomi Islam akan menjamin sumber daya dimanfaatkan untuk kepentingan umat, bukan dieksploitasi oleh kekuatan asing. Kesadaran ini harus memotivasi setiap individu Muslim untuk berjuang menegakkan sistem Islam, karena dorongan iman adalah kekuatan terkuat untuk mengubah nasib umat.

Sejarah Islam menunjukkan bahwa ketika umat bersatu di bawah naungan sistem Khilafah, negeri-negeri Muslim mampu mandiri, makmur, dan terlindungi dari penjajahan. Contoh masa Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang berpijak pada syariat Allah mampu mengelola sumber daya, membina persatuan, dan menjaga rakyat dari penindasan pihak luar. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, wilayah Islam berkembang secara adil dan teratur, sumber daya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, dan strategi pertahanan melindungi umat dari ancaman asing. Keberhasilan ini menjadi pelajaran bahwa persatuan umat di bawah Khilafah adalah keniscayaan untuk menghadapi tekanan negara adidaya.

Selain itu, persatuan negeri-negeri Muslim bukan sekadar gagasan politik, tetapi juga kebutuhan strategis untuk melawan fragmentasi yang sengaja diciptakan oleh Barat. Eksploitasi sumber daya, perang proxy, dan intervensi politik akan terus terjadi selama umat Islam terpecah dan lemah. Khilafah memungkinkan umat bersatu, mengendalikan kekayaan mereka sendiri, dan menegakkan hukum yang adil.
Dengan persatuan ini, Sudan, misalnya, tidak lagi menjadi arena permainan kekuatan asing, melainkan bagian dari kekuatan Islam yang berdikari.

Krisis Sudan hari ini adalah pengingat pahit bagi seluruh umat Islam. Kekayaan alam yang melimpah tidak menjamin kesejahteraan rakyat tanpa sistem yang menegakkan keadilan dan hukum Allah. Perpecahan, ketergantungan pada Barat, dan lemahnya kesadaran ideologis menjadikan negeri Muslim rentan dieksploitasi. Sebaliknya, dengan pemahaman ideologis yang kuat, persatuan umat di bawah Khilafah, dan kesadaran akan sistem Allah yang menyeluruh, umat Islam dapat mematahkan hegemoni asing, melindungi negeri-negeri Muslim, dan memastikan rahmat dan keadilan menyebar di seluruh dunia.

Sudan bukan hanya soal konflik internal atau tragedi kemanusiaan semata; ia adalah pelajaran strategis bagi umat Islam. Ia menegaskan bahwa kekayaan alam dan sumber daya melimpah hanya bermanfaat jika dikelola secara Islami, dan bahwa persatuan serta sistem pemerintahan yang adil adalah kunci untuk melindungi umat dari perampokan dan kehancuran yang diatur oleh kekuatan asing. Kesadaran ini harus menjadi titik tolak perjuangan umat untuk menegakkan Khilafah, sebagai solusi nyata bagi segala krisis yang menimpa negeri Muslim. (*)

Terkait: Opini

BERITA TERKAIT

RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

2 Desember 2025
Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

2 Desember 2025
Piring Gizi Anakku Dijual Murah: Kapitalisme yang Menguasai Dapur Sekolah

Piring Gizi Anakku Dijual Murah: Kapitalisme yang Menguasai Dapur Sekolah

30 November 2025
Anak Sekolah dan Bunuh Diri: Kegagalan Sistem Sekuler

Anak Sekolah dan Bunuh Diri: Kegagalan Sistem Sekuler

10 November 2025
Generasi Digital, Pahlawan Tanpa Senjata

Generasi Digital, Pahlawan Tanpa Senjata

10 November 2025
Hati-Hati, Anakku: Skill AI Itu Pedang Bermata Dua, Siapa Tuan yang Kau Pilih di Perang Digital?

Hati-Hati, Anakku: Skill AI Itu Pedang Bermata Dua, Siapa Tuan yang Kau Pilih di Perang Digital?

7 November 2025
Selanjutnya
Bilqis Kembali Pulang, Pemkot Makassar Beri Penghargaan ke Tim Jatanras Polrestabes

Bilqis Kembali Pulang, Pemkot Makassar Beri Penghargaan ke Tim Jatanras Polrestabes

Berita Terbaru

Lapor Pak Wali dan Semangat Baru Pelayanan Publik di Parepare

Lapor Pak Wali dan Semangat Baru Pelayanan Publik di Parepare

4 Desember 2025
Bagian Program Bimbingan Karier, Siswa Kelas 12 SMA Bosowa School Makassar  Internship Program

Bagian Program Bimbingan Karier, Siswa Kelas 12 SMA Bosowa School Makassar Internship Program

3 Desember 2025
Magang di Taiwan, Mahasiswa UMS Rappang Bawa Pulang Ilmu Berharga dan Uang Saku 40 Juta

Magang di Taiwan, Mahasiswa UMS Rappang Bawa Pulang Ilmu Berharga dan Uang Saku 40 Juta

3 Desember 2025
Disaksikan Kasatgas KPK, Pemkot Parepare Perkuat Kolaborasi APIP dan APH Cegah Korupsi

Disaksikan Kasatgas KPK, Pemkot Parepare Perkuat Kolaborasi APIP dan APH Cegah Korupsi

2 Desember 2025
RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

RT/RW dalam Pusaran Klientelisme

2 Desember 2025
Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

Ketika Pemberdayaan Berubah Arah: Antara UMKM dan Krisis Identitas Perempuan Muslimah

2 Desember 2025
Tasming Hamid Tegaskan Komitmen Perkuat Pendidikan

Tasming Hamid Tegaskan Komitmen Perkuat Pendidikan

1 Desember 2025
Kantongi Izin Kementerian Taiwan, Dua Mahasiswa UMS Rappang Siap Magang Internasional

Kantongi Izin Kementerian Taiwan, Dua Mahasiswa UMS Rappang Siap Magang Internasional

1 Desember 2025
Ramah Tamah Peralihan Dandim Pinrang, Bupati Sampaikan Komitmen Kolaborasi untuk Keamanan

Ramah Tamah Peralihan Dandim Pinrang, Bupati Sampaikan Komitmen Kolaborasi untuk Keamanan

30 November 2025
Piring Gizi Anakku Dijual Murah: Kapitalisme yang Menguasai Dapur Sekolah

Piring Gizi Anakku Dijual Murah: Kapitalisme yang Menguasai Dapur Sekolah

30 November 2025

Artikel Lainnya

Media Online Pijar News ini Telah Terverifikasi secara Administratif dan Faktual Oleh Dewan Pers

  • Tentang
  • Redaksi
  • Advertise
  • Kebijakan Privacy
  • Disclaimer
  • Kode Etik
  • Pedoman Pemberitaan
  • Perlindungan Wartawan

©2016 - 2025. Hak Cipta oleh PT. Pijar Media Global.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nasional
  • Ajatappareng
  • Pijar Channel
  • Sulselbar
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Pendidikan
  • Opini
  • Teknologi
  • Kesehatan

©2016 - 2025. Hak Cipta oleh PT. Pijar Media Global.