MAJENE, PIJARNEWS.COM – Sebanyak 2.000 bibit mangrove di tanam di sepanjang pesisir pantai di Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu (10/5/2025). Komunitas Estuaria Indonesia merupakan komunitas yang menggagas gerakan tanam mangrove tersebut.
Founder Komunitas Estuaria Indonesia Nurjirana menyampaikan urgensi penanaman mangrove di wilayah pesisir, dia menjelaskan bahwa bibit mangrove ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi abrasi pantai di sepanjang pesisir Majene.
“Saat ini kami melakukan penanaman mangrove, salah satu upaya kami untuk mengatasi abrasi pantai sepanjang pesisir Kabupaten Majene yang kian menekan garis pantai,” tutur Jiran.
Lebih lanjut, Jirana yang juga alumni Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, menambahkan, gerakan ini bukan hanya bentuk kepedulian, tetapi juga pernyataan komitmen lintas generasi.
“Dukungannya datang dari berbagai pihak, Lembaga Amil Zakat Hadji Kalla, CIAM Mining & Quarry, lembaga perbankan, mahasiswa Kehutanan Unsulbar, dan komunitas lokal,” ungkapnya.
Jirana berharap kegiatan ini bisa membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove. “Permasalahan utama di kawasan pesisir adalah abrasi. Dengan langkah ini, kita bisa meminimalisir dampak ombak saat musim datang,” tegas Awardee Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Menurut Jirana peran ekologis mangrove sebagai penjaga kehidupan ekosistem mangrove menyediakan rumah bagi ikan-ikan dan burung-burung untuk bertelur. Di daerah ini juga terdapat tempat penyu bertelur. “Maka menjaga mangrove berarti menjaga keberlanjutan kehidupan pesisir,” tekannya.
Dia dan komunitas Estuaria Indonesia tidak berhenti hingga hari ini, dia menegaskan bahwa gerakan ini adalah bagian dari rencana jangka panjang. “Kami akan tetap konsisten menjaga ekosistem pesisir dan mengajak masyarakat sebagai garda pendukung,” ujarnya.
Salah satu mahasiswa dari Prodi Kehutanan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), mengatakan dalam suasana gotong royong yang sarat harapan mengaku sangat senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini. “Semoga apa yang kita tanam bisa bermanfaat bagi kehidupan pesisir,” ujarnya.
Sementara, Tavip Anwar yang juga Direktur Mangrove Learning Center (MLC), turut hadir dan memberi pandangan kritis, menanam itu bagus, tapi dalam jangka panjang, yang lebih penting adalah edukasi. Masyarakat harus mengerti fungsi mangrove. “Tujuan menanam bukan sekadar menumbuhkan, tapi memberi kehidupan baru,” tegasnya.
“Hari itu, mangrove-mangrove muda tertanam bukan hanya di tanah berlumpur, tapi juga di hati dan pikiran mereka yang hadir. Sebab, di balik tiap bibit yang ditanam, tersembunyi harapan besar: agar laut tetap bersahabat, dan pesisir tetap bertahan,” ucapnya. (B/why)
Citizen journalism: Firmansyah