PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pagi itu, udara Parepare terasa segar. Ribuan orang menyemut di halaman Kampus 2 Institut Teknologi BJ Habibie (ITH) di Jalan Pemuda. Mereka datang bukan sekadar berolahraga, tapi juga merayakan empat tahun perjalanan kampus yang lahir dari semangat teknologi dan inspirasi sosok sang jenius bangsa, Presiden ke-3 RI, Prof Dr Ing BJ Habibie.
Di tengah kemeriahan itu, satu momen istimewa terjadi — Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare di bawah Kementerian Agama (Kemenag) menerima penghargaan khusus dari ITH.
Penghargaan itu bukan sekadar selembar sertifikat. Ia menjadi simbol dari jalinan erat antarperguruan tinggi di Kota Parepare — sebuah kota kecil di pesisir barat Sulawesi Selatan yang kini menjelma menjadi kota pendidikan. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare, Dr A. Nurkidam, M.Hum, hadir mewakili Rektor Prof Dr Hananni, M.Ag untuk menerima penghargaan yang ditandatangani langsung oleh Rektor ITH, Prof Dr H Anshar Suyuti, MT, SH, IPU, ASEAN.Eng, dan Ketua Panitia Dies Natalis ke-4, Yanny Febry Fitriani Sofyan, ST, MT.


Dari panggung utama, tepuk tangan menggema ketika nama IAIN Parepare disebut. Di antara warna seragam olahraga, senyum Nurkidam tak bisa disembunyikan. “Kami ucapkan selamat dan sukses atas perayaan Dies Natalis ke-4 ITH. Semoga ITH senantiasa maju dan berkembang dalam mendidik anak-anak bangsa,” ujarnya, usai terima penghargaan. Ia lalu menambahkan pesan sederhana namun hangat: kolaborasi antarperguruan tinggi di Parepare harus terus diperkuat.
Sebelum penghargaan itu diserahkan, ribuan civitas akademika ITH sudah lebih dulu memulai hari dengan jalan sehat sejauh lima kilometer. Jalurnya menantang — menurun, menanjak, dan melintasi jantung Kota Parepare: dari Jalan Pemuda, ke Jalan Mattirotasi, lalu ke Jalan Chalik kemudian berbelok di Jalan Jenderal Sudirman, sebelum akhirnya kembali ke kampus. Peluh bercucuran, tawa pecah, dan semangat kebersamaan terasa di setiap langkah.
Acara jalan sehat dilepas oleh Ketua DPRD Parepare, Ir H Kaharuddin Kadir, M.Si, disaksikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare, H Makmur, S.Pd, M.Pd, yang mewakili Wali Kota H Tasming Hamid, SE, MH. Hadir pula Kapolres Parepare, AKBP Indra Waspada Yuda, S.I.K., M.H, bersama jajaran Forkopimda, Dr H Iwan Asaad dari Inspektorat, dan Basuki Busrah dari Dinas Tenaga Kerja. Parepare seperti berdenyut bersama — dari pejabat, akademisi, hingga mahasiswa, semua melebur dalam suasana perayaan.

Usai garis finis dilewati, langit Parepare menjadi saksi ketika Rektor ITH bersama Forkopimda melepas puluhan burung merpati putih. Kepak sayap-sayap itu menjadi metafora yang hidup: ITH ingin terus terbang tinggi, mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak lama, musik menggema, panggung hiburan berdiri, dan tumpeng dibelah. Di sela riuh rendah hadiah doorprize, semangat akademik tetap terasa.
Dalam sambutannya, Prof Anshar Suyuti mengisahkan perjalanan ITH yang dimulai dari “titik nol”. “Waktu itu, hanya satu orang yang dilantik — rektornya saja. Dari sana, kami membangun struktur perlahan-lahan, satu demi satu,” kenangnya, disambut tepuk tangan panjang dari hadirin.
Eksistensi ITH
Empat tahun berlalu, dan kini ITH bukan lagi kampus kecil yang baru belajar berjalan. Dengan 1.800 mahasiswa dari 27 provinsi dan 18 program studi aktif, kampus ini telah menjadi magnet pendidikan teknologi di Sulawesi. “Kami ingin terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa, khususnya dari Kota Parepare — Kota Cinta BJ Habibie,” ujar Prof Anshar.
Ia menambahkan, ITH merupakan salah satu dari lima institut teknologi negeri di Indonesia yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). “Kita patut berbangga, karena Parepare menjadi satu-satunya kota non-ibu kota provinsi yang memiliki institut teknologi negeri. Umumnya, kampus sejenis berada di ibu kota provinsi, seperti ITB di Bandung dan ITS di Surabaya. Tapi hari ini, kita bisa saksikan, dari Kota Cinta Habibie, berdiri sebuah kampus teknologi yang terus tumbuh,” kata Prof Anshar, disambut sorak sorai mahasiswa.
Sementara itu, bagi IAIN Parepare yang berada dibawah Kementerian Agama (Kemenag) RI, penghargaan ini memiliki makna lebih dari sekadar pengakuan. Ia adalah refleksi dari semangat kolaboratif lintas disiplin — antara ilmu agama dan teknologi, antara nilai spiritual dan inovasi. Dua institusi berbeda karakter, namun berpadu dalam satu visi: membangun manusia yang berilmu dan berakhlak.
Kota Parepare, kini sedang eksis menjadi kota pendidikan yang menyemai mimpi-mimpi baru. IAIN Parepare dan ITH menjadi dua poros penting dalam perubahan itu — satu menanam nilai, yang lain menumbuhkan inovasi.
Dan di bawah langit biru Parepare pagi itu, penghargaan yang diterima IAIN Parepare terasa bukan sekadar tanda terima kasih, tapi juga pesan moral: pendidikan bukan soal siapa yang lebih dulu berdiri, melainkan siapa yang mau berjalan bersama untuk mencerdaskan negeri. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar

















