PAREPARE, PIJARNEWS.COM– Bulan ramadan selalu menjadi waktu yang dinanti-nantikan oleh umat Islam, baik di Indonesia maupun bagian negara lain. Ramadan dinantikan sebagai bulan penuh keberkahan, hampir semua umat Islam akan lebih banyak beribadah karena pahala ibadah akan dilipatgandakan. Bulan ramadan ini bulan mulia dan spesial bagi umat Islam.
Setiap masyarakat di suatu negara memiliki caranya masing-masing untuk menikmati bulan ramadan, tidak terkecuali di Indonesia. Masyarakat Indonesia saat bulan ramadan memiliki kebiasaan untuk ngabuburit dan berburu takjil. Kebiasaan itu selalu menjadi kegiatan yang dirindukan.
Menjelang waktu berbuka puasa jumlah penjual makanan akan meningkat, hampir tidak sulit untuk menemukannya, tidak terkecuali di kota Parepare. Banyak tempat di kota ini yang menyediakan aneka takjil untuk berbuka puasa. Biasanya penjual takjil akan berjejer di pinggir jalan raya, namun berbeda dengan beberapa penjual takjil di Soreang yang memilih membuat pasarnya sendiri di jalan yang mayoritas penggunanya adalah mahasiswa.
Para penjual takjil itu dapat ditemukan di Jalan Amal Bakti, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Tepatnya, di jalan masuk Kampus IAIN Parepare. Seperti pada pantauan Pijarnews.com, Jumat (22/3/2024).
Di tempat itu ada belasan penjual berjejer menjajakan beraneka ragam takjil, mulai dari makanan yang digoreng seperti jalankote, risol, bakwan, pisang goreng dan donat. Sedangkan makanan berair ada es buah, pisang ijo, dan cendol. Selain takjil, ada juga yang menjual lauk pauk.
Mempersiapkan beragam makanan tersebut penjual akan memulainya di pagi hari.
“Biasanya kami mulai membuatnya pukul delapan pagi, mulai dari mengiris isian untuk jalankote,membuat adonan, dan memotong agar-agar, untuk menggoreng biasanya dilakukan setelah salat ashar,” kata Norma (30) salah satu penjual di Jalan Amal Bakti.
Pukul empat sore, jajanan akan disusun rapi di atas meja yang sebelumnya telah disiapkan. Setiap takjil disusun sesuai jenisnya. Kemudian ditutupi plastik bening agar tidak tertepel debu jalanan.
Jajananya yang dijajakan kadang tidak terjual habis, bergantung kondisi pembeli.
“Tidak semua yang dibuat terjual habis, kadang juga tinggal, tidak setiap hari habis, yang biasa tingga seperti lauk pauk,” kata Norma.
Karena tempatnya yang dekat dengan kampus, sehingga kebanyakan yang menjadi pembeli adalah mahasiswa. Pukul lima sore, jalan itu perlahan-lahan akan dipenuhi mahasiswa yang hendak berburu takjil untuk berbuka puasa.
Mahasiswa yang menjadikan tempat tersebut sebagai alternatif karena dekat dan mudah dijangkau.
“Tempat itu dekat dari kos dan memudahkan anak kos-an yang tidak memiliki kendaraan, akses ke sana ya mudah untuk membeli takjil. Terus, karena harga takjil yang cukup untuk kantong mahasiswa,” kata Ahmad Fauzi D salah satu mahasiswa yang menjadikan Jalan Amal Bakti sebagai tempat yang selalu dituju kala berburu takjil. (rm1)