Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd
(Alumni Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
Pemerintah Kota Balikpapan terus menunjukkan komitmennya dalam menekan angka stunting yang saat ini tercatat masih berada di angka 21,6 persen. Melalui program strategis “Gempur Stunting” atau Gerakan Bersama Posyandu Berantas Stunting, kota ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bahu-membahu membangun generasi sehat dan unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Salah satu program unggulan dari gerakan ini adalah “Gerakan 100 persen Balita Ditimbang” serta penunjukan RT sebagai orang tua asuh balita. Tujuannya, agar seluruh balita mendapatkan pengawasan pertumbuhan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Diketahui dalam peluncuran ini program Gempur Stunting dilakukan tiga langkah konkret sebagai bentuk komitmen bersama. Salah satunya penetapan Ketua RT sebagai Orangtua Asuh Balita Stunting, sebuah inisiatif yang memperkuat peran sosial di tingkat masyarakat paling dasar.
Stunting Muncul dari Persoalan Dasar
Persoalan stunting sebenarnya adalah bagian dari persoalan yang lebih mendasar, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Selama ini, negara terkesan abai akan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan bagi rakyat. Akibatnya, banyak rakyat yang kekurangan gizi, termasuk ibu hamil, bayi, dan balita.
Stunting merupakan problem kesehatan namun terkait dengan sistem lain saling berkaitan, seperti ekonomi yang mana masyarakat tidak bisa memenuhi unsur hidup sehat akibat keterbatasan ekonomi.
Selanjutnya bisa terkait sistem pendidikan yang minim sehingga ketidaktahuan terhadap pola hidup sehat. Sistem sosial yang acuh dan tidak peduli terhadap lingkungan seperti air, udara, dan alam bersih jauh dari ideal sehat. Termasuk individu yang cuek, jangankan melaporkan stunting urusan makanan pun masa bodoh yang penting diri atau keluarga sendiri tak mengalaminya.
Belum lagi negara yang gagal melindungi makanan siap saji, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan snack yang mengandung pengawet, pewarna, pemutih/ formalin, dsbnya. Semua itu tidak bisa lepas dari peran semua pihak terutama negara untuk melindungi warganya.
Gaya hidup kapitalis sekulerisme telah mengubah pola hidup instan tidak peduli halal dan tayyibnya makanan. Beban hidup yang sulit, termasuk psikologis, pikiran serta hati yang jauh dari ketenangan menambah berbagai penyakit bermunculan, termasuk stunting. Stunting persoalan sistemik perlu mengubah sistem kehidupan kapitalisme sekuler dengan sistem yang sempurna. Sistem yang mampu memenuhi kebutuhan warganya hingga sejahtera.
Kalau ditelusuri lebih dalam justru stunting terjadi karena tata kelola alam yang salah dengan diserahkannya kepada swasta atau asing tersebut. Kemiskinan akan terus menghantui selama sistem kehidupan masih mengadopsi Kapitalisme Sekuler.
Islam Wujudkan Kesejahteraan
Dalam Islam ada beberapa langkah sistemik yang harus dilalui agar kebutuhan masyarakat terpenuhi sehingga bisa terhindar dari stunting.
Pertama, negara akan memenuhi kebutuhan komunal masyarakat berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan. Kedua, negara menjamin terpenuhi kebutuhan dasar individu berupa sandang, pangan, dan papan.
Ketiga, negara melakukan pengawasan dan pengontrolan berkala agar kebijakan negara seperti layanan kesehatan, akses pekerjaan, stabilitas harga pangan, hingga sistem pendidikan, serta penggunaan anggaran dapat berjalan secara amanah.
Ketika seluruh rakyat sudah terjamin kebutuhan pokoknya, akses pada pangan bergizi menjadi hal yang mudah. Tidak akan ada lagi kasus stunting yang diakibatkan oleh sistem. Islam dengan support sistemnya akan mampu turunkan stunting dengan dijaminnya kebutuhan hak dasar warga.
Selain itu, Islam menjamin suami/ ayah bekerja sehingga mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan sistem pendidikan, ekonomi, politik, dan support sistem lainnya maka ibu akan dibekali ilmu dalam memenuhi kebutuhan gizi anaknya, kebersihan dan sanitasi lingkungan terjaga, air serta udara bersih, dsb.
Dalam Islam, anak-anak tidak hanya diperhatikan dalam hal fisik tetapi juga jiwa atau kepribadiannya. Jika fisik saja lemah bagaimana bisa menjalankan ibadah dan amanah kehidupan. Oleh karena itu, orang-orang yang takut kepada Allah pasti menyiapkan anak-anak yang kuat, baik sehat fisik maupun mentalnya.
Firman Allah Swt:
“Dan hendaklah orang-orang yang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.” (TQS. An-Nisa’: 9)
Wallahu a’lam