PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Daerah (Orda) Parepare kembali menegaskan perannya dalam pembangunan karakter masyarakat melalui kegiatan Diskusi Publik yang digelar di Auditorium BJ Habibie, Rumah Jabatan Wali Kota Parepare, Sabtu, 5 Juli 2025.
Diskusi terkait peringatan tahun baru Islam 1447 Hijriyah ini mengangkat tema “Agenda Hijrah dan Revolusi Mental Masyarakat Madani” dirangkai pemberian apresiasi berupa gaji ke-13 bagi guru honorer non-sertifikasi.
Tiga pemateri utama yang hadir dalam diskusi tersebut adalah para guru besar dari perguruan tinggi terkemuka, yakni Prof Dr HM Sattu Alang, MA (UIN Alauddin Makassar), Prof Dr H Mahsyar Idris, M.Ag (Ketua ICMI Orda Parepare/IAIN Parepare), dan Prof Dr Sudirman L, MH (IAIN Parepare). Diskusi dipandu oleh moderator Dr Muzakkir, Ketua Orsat ICMI IAIN Parepare yang juga dosen senior di kampus tersebut.

Wali Kota Parepare, H Tasming Hamid, SE, MH yang turut hadir dalam kegiatan ini menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ICMI. Ia menyebut, diskusi seperti ini merupakan bentuk kepedulian nyata terhadap pembangunan mental-spiritual masyarakat.

TSM–sapaan akrab Tasming Hamid, menambahkan bahwa forum semacam ini sangat penting karena mampu melahirkan gagasan yang tidak hanya teoritis, tapi juga bisa diterapkan langsung di tengah masyarakat. “Saya yakin, diskusi seperti ini akan menghasilkan rumusan yang nyata, menyentuh kehidupan sehari-hari, dan berpihak pada kepentingan umat. Di tengah pesatnya perkembangan digital, perubahan sosial politik, serta tantangan ekonomi dan pendidikan, kita butuh pemikiran yang kokoh, beretika, dan menjunjung keadilan,” ucapnya.
Terlebih, katanya, pemberian gaji 13 untuk guru honorer non-sertifikasi adalah bentuk konkret perhatian terhadap pendidikan. “Saya harap organisasi lain dapat meneladani langkah ICMI ini,” ujar Tasming.
Sebagai pemateri pertama, Prof Dr HM Sattu Alang menyampaikan tips menjaga kesehatan mental dengan gaya tutur yang ringan namun sarat makna. “Tiada dusta di antara kita, bersikap humoris, hindari berutang dan jangan membagi cinta,” ujarnya, disambut tawa hangat peserta.
Ia juga menambahkan, terapi mental seperti dzikir, salat, sedekah, hingga muhasabah menjadi kunci ketenangan jiwa.
Tak hanya itu, Prof Sattu mengulas filosofi Bugis Sulapa Eppa yang terdiri dari unsur tanah, air, api, dan angin sebagai refleksi perjalanan spiritual manusia. “Tanah melambangkan asal-usul, air untuk memperbaiki diri, api sebagai semangat, dan angin sebagai pengingat kepada Sang Pencipta,” paparnya.
Sementara itu, Prof Dr Mahsyar Idris menekankan urgensi meninggalkan pola pikir dan perilaku masyarakat jahiliah—yakni masa sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah—yang kala itu ditandai dengan dominasi paganisme, fanatisme kesukuan, praktik ribawi, dan tatanan sosial yang feodal. Ia mengingatkan bahwa Rasulullah SAW kemudian membangun Madinah sebagai kota peradaban yang berlandaskan nilai-nilai keislaman, keadilan, dan persaudaraan. Prof Mahsyar pun menyampaikan harapan agar Kota Parepare di bawah kepemimpinan Wali Kota Tasming Hamid dapat merealisasikan visi Kota TSM: Terbaik, Sejahtera, dan Mandiri, dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai fondasi transformasi masyarakat.
Pemateri ketiga, Prof Dr Sudirman L, MH, menekankan makna hijrah dalam konteks kekinian, yakni berpindah dari keburukan menuju kebaikan, baik secara personal maupun sosial. Ia juga menyinggung pentingnya membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah serta mengedepankan kebahagiaan dalam keluarga.
Diskusi publik itu turut dihadiri unsur Forkopimda, pengurus Orsat ICMI dari berbagai kampus seperti IAIN Parepare, Universitas Muhammadiyah Parepare, STAI DDI Parepare, mahasiswa dan masyarakat umum. Suasana diskusi berlangsung interaktif dan penuh antusiasme.
Selain menyerap gagasan para cendekiawan, kegiatan ini juga menjadi momen penguatan solidaritas sosial. Pemberian insentif gaji 13 kepada guru honorer non-sertifikasi dinilai sebagai bentuk nyata penghargaan atas pengabdian para pendidik yang selama ini bekerja dalam keterbatasan.
Dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, ICMI Orda Parepare berharap mampu terus mewarnai perubahan sosial ke arah yang lebih beradab dan berkeadilan. Diskusi ini pun menjadi langkah nyata membumikan revolusi mental di tengah masyarakat madani. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar


















