Rasdha mengingatkan kepada peserta untuk menghentikan tabiat dan kebiasaan buruk berutang. Setidaknya, dari 20 tabiat berutang, Rasdha mengungkap 8 poin tabiat buruk berutang di dunia ini.
Pertama, kata Rasdha, utang itu membuat kecanduan. Tengok saja, sejumlah pengusaha dan pegawai yang gemar berutang. Awalnya, mungkin pinjamannya hanya kecil, namun lama-kelamaan akan menjadi besar. “Awalnya mau cicil rumah, namun belum lunas rumahnya, mau lagi beli lagi motor dan mobil dengan cara cicil yang bisa jadi di dalamnya ada unsur riba,” pungkas Rasdha.
Kedua, lanjut Rasdha, jika gemar berutang, maka utangnya selalu bertambah. “Seperti yang saya alami, awalnya utang hanya Rp30 Juta namun terus bertambah hingga Rp9 miliar,” kata Rasdah sambil tertawa.
Ketiga yakni menambah beban hidup. “Keempat orang yang masih punya utang sering sakit-sakitan. Tabiat buruk kelima yakni hilangnya kemesraan dalam rumah tangga, keenam gelisah di malam hari dan ketujuh terhina di siang hari, karena sering dikejar-kejar debt collector atau ditelpon sama pihak bank,” tutur Rasda.
Kedelapan tabiat buruk dan bahaya orang suka berutang, sambung Rasdah yakni bisa bunuh diri. “Ada beberapa kejadian yang pernah dimuat media, seseorang bunuh diri karena terlilit utang,” ujar Rasdha.
Nah, apa solusinya jika kita bisa mudah melunasi utang? Menurut Rasdha, sebagai muslim, setidaknya ada tiga hal yang dilakukan agar Allah SWT memudahkan kita melunasi utang. Tiga hal tersebut yakni fokus memperbaiki diri seperti memperbaiki shalat lima waktu. Jika laki-laki, upayakan shalat berjamaah di masjid di awal waktu, rajin infaq dan sadaqah, dan memperbaiki hubungan silaturahim kepada sesama manusia.
Fokus kedua, lanjut Rasdha, memperbaiki tim kerja.
“Jadi selain pimpinannya memperbaiki diri seperti mengamalkan ajaran Allah SWT dan menjauhi larangannya, juga mengajak kepada seluruh tim kerjanya untuk melakukan hal serupa. Nah, ini saya lakukan kepada hampir 300 orang karyawan saya di beberapa bidang usaha seperti kafe, hotspot center, perumahan, depot isi ulang air minum dan sejumlah usaha lainnya,” ungkap Rasdha.
Fokus ketiga, tutur Rasdha yakni berupaya memperbaiki ketidakberesan pada umat utamanya mengajak dan memberi solusi agar umat tidak lagi gemar berhutang. “Setelah saya ikut berdakwah dan berbagi pengalaman cara mudah bebas hutang, saya semakin dimudahkan dalam bidang usaha. Hati dan jiwa pun kian tenang,” ujar owner perumahan Ngaliyan Residence, Semarang, Jawa Tengah ini.
Selama menjadi pegiat Masyarakat Tanpa Riba (MTR), Rasdha juga kini lebih bisa memilah-milah yang mana kebutuhan dan keinginan. “Ini penting, agar hidup bisa lebih tentram. Karena itu, diharapkan membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan bukan keinginan. Kuncinya beli sesuatu harus cas dan lunas, meski harus terlebih dulu menabung,” tandas Rasdha.
Seorang pegiat MTR Parepare, Fahri Firman mengatakan, kegiatan MTR ini yang kedua kalinya dilakukan di Kota Parepare. “Kami kembali melakukan kegiatan seminar cara mudah melunasi utang. Juga telah memberikan tips kepada warga yang hendak terbebas dengan utang dan tidak kecanduan berhutang,” kata Fahri.
Menurut Fahri, panitia menghadirkan dua narasumber dalam seminar sehari tersebut. Pertama, Rashda Tadjuddin, Owner Merapi Online Corp dan Pujiono, Owner Gold Tea. Selain dari Parepare, peserta seminar ini berasal dari berbagai daerah seperti Sidrap, Pinrang, Barru, Tana Toraja dan Makassar. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar